• Beranda
  • Berita
  • Industri rumahan hilangkan niat bekerja sebagai pekerja migran

Industri rumahan hilangkan niat bekerja sebagai pekerja migran

10 April 2019 00:15 WIB
Industri rumahan hilangkan niat bekerja sebagai pekerja migran
Staf Ahli Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Bidang Komunikasi Pembangunan Ratna Susianawati saat diwawancarai wartawan di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, Selasa (9/4/2019). (ANTARA/Dewanto Samodro)
Staf Ahli Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Bidang Komunikasi Pembangunan Ratna Susianawati mengatakan program Industri Rumahan dapat mencegah niat perempuan untuk bekerja sebagai pekerja migran ke luar negeri.

"Menambah pendapatan keluarga tidak harus dengan pergi ke luar negeri. Banyak yang bisa dilakukan untuk mengembangkan potensi yang ada di daerah," kata Ratna saat mendampingi delegasi Republik Islam Iran mengunjungi model Industri Rumahan di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, Selasa.

Ratna mengatakan semangat yang diusung dalam program Industri Rumahan adalah pemberdayaan ekonomi perempuan melalui pengembangan potensi daerah yang tidak hanya memberikan sumbangsih kepada pelaku dan keluarga tetapi juga masyarakat bahkan daerah.

Bupati Rembang Abdul Hafidz Industri Rumahan di wilayahnya terus dikembangkan agar mampu menggerakkan roda perekonomian dan mencegah perempuan untuk bekerja menjadi pekerja migran di luar negeri.

"Industri Rumahan terus dikembangkan bukan hanya sekadar untuk skala rumah tangga saja," ujarnya.

Hafidz mengatakan program Industri Rumahan di Kabupaten Rembang dikembangkan di dua desa sebagai percontohan, yaitu Desa Tritunggal dan Desa Pasarbanggi.
Bupati Rembang Abdul Hafidz dan Penasihat Senior Wakil Presiden bidang Perempuan dan Keluarga Republik Islam Iran Zahra Java saat berbagi praktis terbaik dalam program Industri Rumahan di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, Selasa (9/4/2019). (ANTARA/Dewanto Samodro)


Warga Desa Pasarbanggi Eko Purwati yang merupakan salah satu peserta program Industri Rumahan mengatakan pada 2016 sempat mendaftarkan diri untuk menjadi pekerja migran karena biasanya dia hanya menanti hasil kerja suaminya saja.

"Namun, ibu saya melarang sampai menangis. Akhirnya saya batalkan meskipun masih memiliki angan-angan untuk berangkat bekerja di luar negeri," katanya.

Setelah mengikuti program Industri Rumahan, Eko berhasil mengembangkan jualannya dari lontong pecel dan gorengan ditambah dengan rengginang teri khas Rembang.

"Saat ini niat bekerja di luar negeri sudah hilang. Saya ingin fokus mengembangkan industri rumahan," tuturnya.

Sementara itu, Penasihat Senior Wakil Presiden bidang Perempuan dan Keluarga Republik Islam Iran Zahra Java mengatakan kunjungannya ke Indonesia, khususnya Kabupaten Rembang karena sudah ada nota kesepahaman dengan pemerintah Indonesia sebelumnya.

Berdasarkan nota kesepahaman tersebut, kedua negara sepakat untuk saling bertukar informasi dan pengalaman di bidang pemberdayaan perempuan, ketahanan keluarga dan perlindungan anak.

"Kami berkomitmen untuk melaksanakan kesepakatan tersebut sehingga datang ke Indonesia. Kami juga akan mengundang delegasi Indonesia ke Iran untuk berbagi pengalaman," katanya. 

Baca juga: Program Industri Rumahan sudah menjangkau 3.000 perempuan
Baca juga: Delegasi Iran akan kunjungi industri rumahan di Rembang
Baca juga: Indonesia selenggarakan pelatihan perempuan sebagai agen perdamaian

Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019