Sebanyak 40 persen unit kereta rel listrik (KRL) berusia tua di mana komponen elektriknya berusia di atas 20 tahun dan merupakan salah satu penyebab gangguan.
“Ada hampir 40 persen dari total rangkaian kereta yang kita beli,” kata Direktur Teknik PT Kereta Commuter Indonesia John Roberto usai Sharing Session Pengelolaan Layanan KRL di Jakarta, Jumat.
John menuturkan seri lama tersebut, yakni seri 1.000, 6.000 dan 8.000 di mana keluaran tahun 1985 dan 1993.
“Ternyata yang ‘sakit’ itu seri 1.000, 6.000 dan 8.000. Komponen elektriknya elektrik umurnya sudah di atas 20 tahun,” katanya.
Untuk itu, Ia mengatakan akan menghentikan pengoperasian (grounded) sementara unit KRL yang sudah tua untuk perbaikan.
John menuturkan gangguan sebelumnya juga bersumber dari permasalahan yang sama, yakni komponen elektrik yang sudah tua.
“Selama sebulan kita mencari dan akhirnya ketemu siapa yang ‘sakit’ dan ‘sakitnya’ apa di rangkaian mana, ketika unit yang bermasalah itu di-grounded, beres semua,” katanya.
Sementara, lanjut dia, komponen tersebut sudah tidak tersedia lagi di Jepang karena kereta berganti dengan seri baru.
“Dan sistemnya hanya boleh di-reset maksimal tiga kali, sesudah itu tidak bisa lagi,” katanya.
Untuk itu, John mengatakan saat ini PT KCI tengah memesan unit kereta dengan seri tang lebih muda, yaitu 2015.
Tahun ini, PT KCI mengadakan total 192 unit kereta yang telah dipesan dari Jepang dari total 356 kereta dalam kontrak tahun jaman (multiyears) 2018-2020 senilai Rp190 miliar melalui penandatanganan kontrak dengan engan East Japan Railway Company (JR East).
Dengan penggantian unit KRL yang sudah tua dengan yang lebih muda diharapkan gangguan operasional akan berkurang.
Baca juga: KCI datangkan 192 KRL bekas Jepang tahun ini
Baca juga: Banyak gangguan KRL, Menhub-KAI rapat di Stasiun Bogor
Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019