"Siklus hidup anak itu harus makan tiga kali sehari; yaitu pagi, siang, dan malam; dengan asupan gizi yang cukup," kata Lenny yang dihubungi di Semarang, Kamis.
Lenny mengatakan bila anak tidak sarapan, hanya makan siang dan sore, maka dia akan kehilangan sepertiga dari pertumbuhannya. Bisa jadi anak tersebut tidak tumbuh 100 persen, tetapi hanya 75 persen.
Menurut Lenny, ukuran pertumbuhan anak adalah tinggi badan dan berat badan. Anak yang tidak dibiasakan sarapan, kemungkinan tinggi badan atau berat badannya di bawah anak-anak yang biasa sarapan.
"Itu akan menyebabkan isu kekurangan gizi, gizi buruk, bahkan kekerdilan atau 'stunting'," tuturnya.
Bila anak memang tidak sempat untuk sarapan di rumah, Lenny mengatakan bisa dibawakan bekal untuk dimakan di sekolah sebelum pelajaran dimulai.
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak pada 2017 pernah melakukan program yang merupakan kampanye global, yang salah satunya adalah sarapan dengan membawa bekal ke sekolah.
"Ternyata makan bekal bersama membawa dampak positif bagi anak. Anak yang sebelumnya tidak mau makan sayur, jadi mau makan sayur karena melihat temannya makan sayur," katanya.
Kegiatan itu diikuti oleh banyak sekolah. Karena dampak positifnya, beberapa sekolah akhirnya melanjutkan beberapa program itu menjadi kebiasaan. *
Baca juga: Sarapan pagi tingkatkan kosentrasi belajar anak
Baca juga: Tidak sarapan bisa ganggu kemampuan kinestetik anak
Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019