"Ikut-ikutan sebar hoaks, sayang pulsa kita dan bisa rugi dua kali," katanya di Bukittinggi, Rabu, usai mengisi dialog bertema Menyatukan Perbedaan Membangun Negeri.
Ia menerangkan di era media sosial, komunikasi banyak dilakukan melalui aplikasi sehingga penerima dan pengirim konten sama-sama dikenakan biaya.
Hal itu berbeda jika dibandingkan komunikasi dahulu hanya pihak yang menghubungi saja yang akan menanggung biaya.
"Jadi ketika menerima foto, video, atau tulisan, penerima dan pengirim sama-sama kena biaya, pulsanya sama-sama 'kesedot'," ujarnya.
Menurutnya masyarakat akan rugi dua kali karena kondisi itu, yaitu menerima kabar tidak benar lalu pulsa terbuang percuma hanya untuk menyebarkan informasi tanpa manfaat.
"Di era media sosial harus cermat, jangan sampai rugi dua kali," katanya.
Ia menerangkan informasi bohong biasanya ditandai dengan informasi yang mengatasnamakan golongan tertentu disertai ajakan untuk segera menyebarluaskan.
Kemkominfo, sebutnya telah melakukan sejumlah langkah untuk mengantisipasi penyebaran hoaks di antaranya melalui literasi digital agar masyarakat cerdas ketika menyimak informasi di dunia maya.
Selanjutnya, Kemkominfo juga memantau informasi yang beredar. Jika ditemukan hoaks, selain melakukan take down, pihaknya mengambil langkah dengan menyandingkan hoaks yang telah tersebar dengan informasi yang sebenarnya.
"Dengan cara ini, tampak bedanya, hoaksnya seperti apa sementara kondisi aslinya," katanya.
Langkah terakhir yaitu dengan bekerja sama dengan aparat hukum dalam penindakan.*
Baca juga: Menkominfo: Satgas Kominfo awasi informasi pemilu 24 jam
Baca juga: Menkominfo apresiasi korban hoaks yang mampu menahan diri
Pewarta: Syahrul Rahmat
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019