• Beranda
  • Berita
  • 1.800 pekerja tambang terjebak di bawah tanah di Afrika Selatan

1.800 pekerja tambang terjebak di bawah tanah di Afrika Selatan

1 Mei 2019 11:48 WIB
1.800 pekerja tambang terjebak di bawah tanah di Afrika Selatan
Pekerja tambang yang melakukan aksi mogok berunjuk rasa di dekat situs tambang Platinum AMPLATS di dekat Rustenburg, Afrika Selatan, Jumat (5/10). Produsen platinum nomor satu dunia AMPLATS mengatakan mereka telah memberhentikan 12.000 pekerja yang ikut dalam aksi mogok ilegal selama tiga minggu, setelah terjadi diskusi alot untuk menghentikan aksi mogok besar-besaran di perusahaan tersebut. (REUTERS/Mike Hutchings)
Sedikitnya 1.800 pekerja tambang terperangkap di bawah tanah setelah beberapa gerbong yang digunakan sebagai angkutan bawah tanah terlepas dan membuat ambruk terowongan di tambang platina di Provinsi North West, Afrika Selatan.

"Tak ada korban luka serius yang dilaporkan dan semua pegawai selamat," kata James Wellsted, juru bicara operator tambang Sibanye-Stillwater di dalam satu pernyataan pada Senin (29/4).

Wellsted mengatakan personel tambang memindahkan gerbong dari terowongan dan melakukan pemeriksaan untuk memastikan apakah ada kerusakan struktur agar bisa dibuat keputusan mengenai cara mengungsikan pegawai.

Perhimpunan Pekerja Tambang dan Serikat Pekerja Pembangunan (AMCU) sebelumnya mengatakan di dalam satu pernyataan bahwa ada sebanyak 4.000 pekerja yang terjebak, demikian laporan Kantor Berita Turki, Anadolu --yang dipantau Antara di Jakarta, Rabu siang. Tapi operator tambang menyatakan hanya "1.800 pekerja terjebak di bawah tanah".

Standard keselamatan tambang di Afrika Selatan, salah satu produser terbesar emas dan logam berharga lain di dunia, telah dipertanyakan setelah sejumlah pekerja tewas di tambang di seluruh negeri tersebut.

Afrika Selatan juga memiliki salah satu tambang paling dalam di dunia.

Baca juga: 486 pekerja tambang di Afrika Selatan diselamatkan

Baca juga: Berlian biru langka ditemukan di Afrika Selatan


Sumber: Anadolu Agency

Pewarta: Chaidar Abdullah
Editor: Mohamad Anthoni
Copyright © ANTARA 2019