Harapan itu juga disampaikan Mardani H Maming yang dikenal memiliki semangat tinggi memajukan pendidikan di daerah.
Sebagai seorang tokoh muda yang sukses di dunia usaha dan juga politik hingga pernah menjabat Bupati Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan, selama dua periode, Mardani getol mencetak Sumber Daya Manusia (SDM) unggul dan kompetitif melalui akses pendidikan yang seluas-luasnya bagi masyarakat.
"Selamat Hardiknas untuk para guru, dosen, siswa dan mahasiswa serta semua yang terlibat dalam dunia pendidikan. Tetap semangat belajar dan memberikan yang terbaik untuk bangsa dan negara," tutur pria 37 tahun itu saat ditemui Kantor Berita Antara di Batulicin, Kamis.
Mardani sejatinya memang sosok muda inspiratif peduli pendidikan. Banyak bukti nyata dari apa yang telah diperbuatnya untuk sektor pendidikan.
Saat menjabat Bupati Tanah Bumbu, sejumlah kebijakan di sektor pendidikan digulirkan hingga manfaatnya dirasakan oleh masyarakat. Dalam membangun Kabupaten Tanah Bumbu, dia menuangkannya dalam Program Tri Dharma Pembangunan yang meliputi bidang pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur.
Dia menerbitkan Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Bumbu Nomor 3 tahun 2015 tentang Kartu Sehat dan Pintar. Kartu yang disebut Kaspin itu diberikan kepada masyarakat untuk pelayanan kesehatan dan pendidikan gratis khususnya kepada penduduk miskin.
Pemda memberikan beasiswa bagi anak untuk menempuh pendidikan formal maupun kesetaraan jenjang pendidikan dasar dan menengah yang bertujuan meningkatkan derajat kesehatan dan kualitas sumber daya manusia sebagai bagian dari upaya peningkatan Indeks Pembangunan
Manusia (IPM).
Mardani juga sebagai pelopor wajib belajar 12 tahun. Dimana daerah lain masih banyak belum menerapkannya, dia sudah mantap membebaskan biaya sekolah dengan sasaran calon peserta didik yang berusia 7 tahun sampai 18 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar dan menengah.
Pemerataan fasilitas pendidikan hingga ke pelosok desa juga tak luput dari perhatiannya selama menjadi kepala daerah.
Tak hanya sampai di tingkat sekolah, pria kelahiran Batulicin, 17 September 1981 ini juga membantu di jenjang kuliah.
Melalui Yayasan Haji Maming Enam Sembilan yang dibinanya, dia telah memberikan bantuan Rp4,8 miliar untuk beasiswa 21 mahasiswa angkatan pertama Program Doktor (S3) Ilmu Sosial yang diresmikan Universitas Lambung Mangkurat (ULM) pada Januari 2018, hasil kerjasama dengan Universitas Airlangga Surabaya.
Tak hanya ULM, Mardani juga membuka beasiswa bagi mahasiswa Program Doktor pada Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Antasari Banjarmasin di tahun yang sama dari kantong pribadinya melalui Yayasan Haji Maming Enam Sembilan sebagai Corporate Social Responsibility (CSR) dari perusahaan miliknya.
Mardani punya semangat tinggi ingin mencetak 1.000 Doktor. Jika sebelumnya rata-rata Kalsel hanya bisa mencetak 10 atau 20 Doktor setahun, kalau seluruh pihak mendukung, dia yakin 200 orang setahun dapat diwujudkan.
Karena dengan memperbanyak intelektual muda bergelar strata tiga, dia optimis dapat mewujudkan SDM Kalimantan Selatan yang semakin berkualitas, modern dan kompetitif.
"Pendidikan sifatnya memang investasi jangka panjang dan hasilnya terlihat dan akan dinikmati oleh generasi yang akan datang. Jadi, bagi yang peduli terhadap sektor pendidikan, Insya Allah berkah dan jadi amal jariyah," kata Mardani yang tercatat di rekor MURI sebagai Bupati Termuda se-Indonesia (29 tahun) kala dilantik pada September 2010.
Keterlibatan pemda
Hal itu sejalan dengan keinginan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy yang meminta semua pihak, terutama pemerintah daerah mengambil peran dalam meningkatkan kualitas pendidikan dengan pemanfaatan dana untuk program prioritas.
"Sekitar 63 persen anggaran pendidikan dikelola daerah. Oleh karena itu, daerah harus mengambil peran yang lebih aktif dalam memanfaatkan Dana Alokasi Umum (DAU) maupun Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk program-program prioritas, serta APBD yang menjamin anggaran pendidikan minimal 20 persen," ujarnya saat pelaksanaan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) di Jakarta, Kamis.
Dia menambahkan penguatan pendidikan dan kebudayaan akan berjalan secara optimal saat pemerintah daerah proaktif mendorong kemajuan dunia pendidikan dan kebudayaan.
Saat ini, lanjut dia terdapat sejumlah keterbatasan dalam proses pembangunan pendidikan dan kebudayaan seperti kompleksitas masalah guru dan tenaga kependidikan.
"Dia masih sering menjumpai kasus-kasus yang tidak mencerminkan kemajuan pendidikan, betapapun pemerintah senantiasa responsif dalam memecahkan masalah-masalah tersebut selaras dengan paradigma pendidikan," kata dia.
Sosok ayah
Mardani kecil mengenyam pendidikan di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Batulicin, SMP Negeri 1 Batulicin dan SMA Negeri 1 Karang Rejo Tulung Agung Jawa Timur.
Gelar sarjananya di Fakultas Hukum Universitas Lambung Mangkurat dan S2 Program Studi Magister Kajian Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional (Wasantanas) Universitas Brawijaya.
Sekarang dia tercatat sebagai mahasiswa Program Doktor (S3) Ilmu Sosial di Universitas Airlangga Surabaya.
Sosok sang ayah, almarhum H Maming adalah inspirasi bagi Mardani yang terus memintanya untuk sekolah setinggi langit guna meraih cita-cita yang diimpikan, termasuk munculnya keinginan menjadi kepala daerah lantaran melihat sosok ayahnya yang sempat menjadi pembakal (kepala desa) sewaktu dia kecil.
Kini Mardani bukan lagi seorang bupati. Tinta emas karena sukses memimpin kabupaten termuda di Kalsel itu telah dilepas sejak resmi mundur per 3 Juli 2018 dengan alasan waktu itu ingin fokus maju dalam pemilihan calon anggota DPR RI, meski belakangan niat itu urung terealisasi dan kini dia mengaku ingin fokus mengurus usaha dan berharap lebih banyak waktu untuk keluarga.
Namun begitu, lahan pengabdiannya tak lantas berhenti untuk banyak orang. Melalui rezeki dari hasil usaha yang digeluti, Mardani berkomitmen terus ingin membantu, termasuk di sektor pendidikan demi kemajuan Banua Kalimantan Selatan yang dicintainya.*
Baca juga: Praktisi pendidikan: Bumikan lagi ajaran Ki Hadjar Dewantara
Baca juga: APBD dan kebijakan pro pendidikan
Pewarta: Firman
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019