Alexander-Arnold sempat akan memberikan tempat kepada Xherdan Shaqiri untuk mengambil sepak pojok.
Namun menyadari kelengahan Barcelona, ia segera kembali ke sudut dan melepaskan umpan terukur untuk Divock Origi yang berhasil mengkonversinya jadi gol keduanya atau gol keempat Liverpool ke gawang Marc-Andre ter Stegen di laga tersebut.
"Itu hanya intuisi," kata Alexander-Arnold dalam komentar purnalaga di laman resmi UEFA.
"Salah satu momen ketika Anda melihat ada celah kesempatan," ujarnya menambahkan.
Baca juga: Liverpool lunasi defisit tiga gol dari Barcelona demi menjejaki final
Kendati berperan besar, bek berusia 20 tahun itu lebih ingin memberikan panggung kepada rekannya, Origi, yang menjadi pencetak gol penentu tersebut.
"Origi adalah pemain top dan momen ini akan menjadi saat-saat yang dikenang oleh semua orang," ujarnya.
Alexander-Arnold tentu tak keliru, mengingat meski Origi jarang dimainkan oleh pelatih Juergen Klopp musim ini ia setidaknya telah tiga kali memberikan momen menentukan untuk Liverpool.
Dalam Derby Merseyside, Origi mencetak gol penentu kemenangan 1-0 yang mengalahkan Everton pada masa injury time, kemudian ia juga mencetak gol kemenangan 3-2 atas Newcastle United pekan lalu yang menjaga asa Liverpool dalam perburuan gelar juara Liga Inggris.
Malam ini, Origi kembali memberikan momen bersejarah bagi Liverpool. Di hadapan tribun Kop, ia mencetak gol penentu kemenangan yang mengantarkan langkah Liverpool ke final Liga Champions berbekal skor agregat 4-3.
Di final, Liverpool bakal menunggu pemenang laga semifinal lain antara Ajax kontra Tottenham Hotspur. Ajax memasuki laga kedua yang akan berlangsung pada Kamis (9/5) dini hari WIB dengan keunggulan agregat 1-0 atas Tottenham.
Baca juga: Sejak awal Wijnaldum yakin Liverpool bisa menang 4-0
Baca juga: Keyakinan di ruang ganti jadi kunci Liverpool
Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Irwan Suhirwandi
Copyright © ANTARA 2019