Rabu (15/5) sore, tim besutan Brian Rowson itu bakal tampil di hadapan publik OCBC Arena, Singapura, menghadapi tuan rumah Singapore Slingers dalam gim kelima final ABL. Siapapun yang menjadi pemenang bakal mengangkat trofi ABL pertama mereka.
OCBC Arena adalah lokasi di mana CLS memecahkan telur kemenangan perdana mereka di laga tandang dalam fase gugur.
Gim pertama dan gim keempat berhasil dimenangi oleh CLS. Dan di dua gim tersebut, ada karakter berbeda. Ketenangan di gim pertama dan keberanian berpadu dengan keyakinan di gim keempat.
Tiga hal itu jika dikombinasikan tentunya akan mewujud trofi ABL dibawa pulang ke Surabaya.
Rowsom sendiri mengaku gim keempat harus dijadikan percontohan, bahwa jika CLS bisa mempertahankan penampilan yang sama ketika memainkan gim kelima nanti, ia yakin gelar juara bukan sekedar mimpi.
"Tadi saya sampaikan di ruang ganti, jika kita konsisten bermain seperti ini, kita akan membawa pulang trofi ABL ke Surabaya pada hari Rabu (15/5) nanti," kata Rowsom selepas kemenangan di gim keempat, Sabtu (11/5) lalu.
Eksploitasi paint area
Jika dari segi moral ada perbedaan antara gim pertama dan gim keempat. Satu hal yang menyamakan keduanya, yakni eksploitasi paint area.
Di gim pertama, CLS meraup 50 poin dari upaya mereka menerobos paint area. Dan di gim keempat, 38 poin didapatkan CLS dari ruang tersebut.
Kendati sama-sama besar, perbedaan mendasar dari gim pertama dan keempat terletak pada sang center, Darryl Watkins.
Di gim pertama, Watkins masih kesulitan mengimbangi keperkasaan Pemain Bertahan Terbaik ABL John Fields di bawah ring baik dalam situasi menyerang maupun bertahan.
Sebaliknya, di gim keempat, Watkins tampil begitu perkasa dengan mengisolasi Fields di bawah ring, terutama dalam situasi bertahan. Fields tak sekalipun berhasil memenangi perebutan bola rebound ketika Slingers dalam situasi menyerang, sebaliknya Watkins dalam situasi itu memenangi lima bola rebound.
Keunggulan juga diperlihatkan ketika CLS menyerang, Watkins mengemas 11 rebound, satu kali lebih banyak dibandingkan 10 rebound yang dikumpulkan Fields.
Jaminan rasa aman ada raksasa yang siap mengamankan bola jika tembakan meleset praktis bakal mendorong para penembak jitu CLS untuk melakukan percobaan tembakan tripoin.
Watkins boleh dibilang menampilkan salah satu permainan terbaiknya bersama CLS musim ini dalam gim keempat tersebut. Ia menutup laga dengan catatan dwiganda 28 poin dan 16 rebound yang dilengkapi lima assist serta dua blok.
Watkins menduplikasi penampilan tersebut adalah salah satu kunci yang harus terjadi, jika CLS ingin meraih gelar juara.
Atur tempo jangan terdikte
Di gim keempat, hampir semua masalah yang dialami CLS di dua gim sebelumnya berhasil diatasi oleh Rowsom dan diterjemahkan dengan baik oleh para pemain di lapangan.
Mulai dari akurasi tembakan terbuka, efisiensi eksekusi lemparan bebas hingga kesempatan untuk mengatur tempo permainan berjalan cepat, sebagaimana yang mereka sukai selama ini.
Oleh karena itu, selain menjaga akurasi tembakan terbuka tetap klinis dan eksekusi lemparan bebas tetap efisien, CLS harus bisa mengambil kendali menentukan tempo permainan dan jangan mau didikte oleh Slingers.
Douglas Herring, sang jenderal permainan, harus bisa menyeleksi pendekatan serangan dengan cepat tanpa membuang banyak waktu. Di gim keempat, Herring beberapa kali masih agak lambat mengeksekusi serangan, namun dengan akurasi tembakan terbuka yang baik hal itu bisa teratasi.
Di OCBC Arena, Rabu (15/5) besok, Herring tidak boleh membuang waktu barang sedetik pun. Momentum permainan harus direbut bukan ditunggu.
CLS tidak boleh terpukul jika sang Pemain Impor Terbaik ABL musim ini, Xavier Alexander, tetap klinis menjaga level permainan yang ia perlihatkan di empat gim sebelumnya.
Yang CLS harus lakukan adalah segera balik menyerang, dengan kecepatan tertinggi agar Slingers tak punya kesempatan bernafas. Sekali lagi, momentum harus direbut dan bukan ditunggu laiknya firman dari langit.
Sang Jenderal harus memastikan distribusi bolanya efisien apakah menusuk ke paint area sendiri atau mempercayakan Watkins, Brandon Jawato maupun Maxie Esho untuk melakukannya.
Jika itu terjadi dan mulai terbendung, CLS tinggal berharap status sebagai tim pemecah rekor jumlah tembakan tripoin tersukses dalam satu gim menolong mereka.
Menanti peran Wong Wei Long
Mantan bintang Slingers yang musim ini membela CLS, Wong Wei Long, seolah menjadi penumpang dalam rangkaian final ABL musim ini.
Ia menonton dari tepi lapangan dengan perban di pelipis kirinya, ketika CLS menang di gim pertama. Lantas ketika akhirnya dianggap cukup bugar untuk melantai, kontribusi Wei Long amat sangat minim.
Tiga poin, lima poin dan satu poin. Itu adalah deretan kontribusi Wei Long terhadap CLS dalam tiga penampilannya di partai final.
Sungguh bukan angka yang menggambarkan seorang pemegang rekor tembakan tripoin terbanyak sepanjang sejarah ABL digelar.
Wei Long seolah terbebani akan masa lalunya sebagai mantan bintang Slingers dan hal itu wajib ditaklukkannya jika ia diberi kepercayaan untuk lebih banyak melantai pada gim kelima nanti.
Jika tidak, ada baiknya Rowsom memberikan kesempatan lebih banyak untuk Sandy Febyansyakh Kurniawan atau sekalian memasang dua point guard dalam satu waktu bersamaan dengan menurunkan Arif Hidayat mendampingi Herring.
Yang jelas, jika Rowsom meminta para pemainnya untuk menjaga kontinuitas tempo permainan cepat khas CLS, ia juga harus bisa mengambil keputusan cepat jika melihat ada pemain tak efektif di lapangan dan memberikan kesempatan kepada siapapun untuk bisa memberikan pengaruh di laga pamungkas musim ini.
Semoga saja, Knights Society bisa menciptakan suasana magis menyulap OCBC Arena menjadi Kertajaya, agar bukan hanya Wei Long tetapi juga semua pemain CLS bisa merasa tampil di hadapan kastil kebanggaannya sendiri, untuk meraih gelar juara ABL yang tinggal sejengkal jaraknya.
Baca juga: Tertular energi publik Kertajaya, kunci kemenangan CLS
Baca juga: Sandy Kurniawan yakin kemenangan CLS di gim keempat jadi titik balik
Baca juga: Menang, CLS paksa gim kelima final dimainkan
Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2019