Menurut motivator sekaligus penulis Merry Riana, saat Anda mengalami kondisi ini, cobalah mengubah ekspektasi tak terwujud itu menjadi sebuah apresiasi.
"Yes punya ekspektasi tinggi, tetapi ketika ekspektasi itu tidak berjalan sesuai yang kita harapkan, kita harus punya kemampuan mengubah ekspektasi menjadi apresiasi," kata dia kepada Antara di Jakarta belum lama ini.
Merry mengatakan, ketika seseorang bisa melakukan hal ini maka perasaan dan perilakunya akan cenderung positif. Rasa syukur juga akan menyelimuti diri orang itu.
"Dulu saya merasa enggak bisa, saya enggak mampu mengubah keadaan keuangan keluarga, membayar utang-utang. Tetapi saat mulai berpikir apa yang saya mampu. Saya mampu mengubah cara pandang saya terhadap hidup," tutur dia.
"Kalau sebelumnya saya selalu menyalahkan keadaan, akhirnya saya mencoba mensyukuri apa yang masih ada. Walaupun saya harus merantau jauh dari orang tua, tetapi setidaknya saya masih mempunyai orang tua. Mereka masih hidup, masih sehat. Ini harus saya syukuri," sambung Merry.
Dia menegaskan tak ada yang namanya kegagalan di dunia ini, melainkan pembelajaran. Ketika seseorang bisa berpikir seperti itu, lagi-lagi perasaan dirinya juga akan berubah.
"Oh oke saya belum berhasil bukan berarti saya gagal, tetapi saya masih butuh waktu untuk belajar. Ketika kita mengubah itu, otomatis perasaan kita juga berbeda. Jadi, jangan berpikir 'Aduh apa yang salah', tetapi 'Apa yang saya dapatkan dari pembelajaran atas kegagalan ini'," papar Merry.
Baca juga: Merry Riana khawatir panjangnya jam pelajaran pengaruhi perilaku anak
Baca juga: Kiat hindari kantuk dan emosi berkendara selama berpuasa
Baca juga: Psikolog tekankan pentingnya membimbing anak mengenali emosi
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2019