"Kita harapkan pada triwulan dua, pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dari triwulan satu, yang dipicu dari konsumsi dari investasi," kata Sri Mulyani di Jakarta, Jumat.
Sri Mulyani mengatakan salah satu pemicu tingginya konsumsi rumah tangga pada triwulan II adalah pencairan THR pada Mei maupun Gaji 13 pada Juni 2019.
Ia menjelaskan pemberian THR dan Gaji 13 ini bisa memberikan dampak langsung kepada konsumsi maupun dampak lanjutan kepada sektor industri lainnya.
"Kita berharap pengaruh lebih besar dari bulan-bulan biasa, meski tidak semua dibelanjakan. Multiplier effect terjadi kalau membeli makanan dan baju yang berdampak ke produsen dan perdagangan," ujarnya.
Ia menambahkan upaya lain yang dilakukan pemerintah untuk mempertahankan konsumsi rumah tangga adalah dengan menjaga daya beli masyarakat.
"Konsumsi bisa diatas lima persen, bila situasi politik tetap kondusif dan sentimen tetap terjaga, melalui harga-harga yang stabil dan daya beli masyarakat tidak tergerus inflasi," ujarnya.
Selain itu, Sri Mulyani mengharapkan membaiknya kinerja investasi pada triwulan II seiring dengan persepsi positif pemilik modal terhadap perekonomian Indonesia usai pemilu.
"Dengan adanya kepastian politik, perilaku wait and see menjadi berkurang. Dinamika kredit juga masih baik, yang terlihat dari kredit investasi tumbuh 14 persen," ujarnya.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi Indonesia pada triwulan I-2019 tumbuh 5,07 persen atau sedikit lebih baik dari periode sama 2018 sebesar 5,06 persen.
Kinerja perekonomian ini antara lain didukung konsumsi rumah tangga yang tumbuh 5,01 persen dan pembentukan modal tetap bruto yang tumbuh 5,03 persen.
Baca juga: Legislator berharap Jokowi pacu pertumbuhan ekonomi tujuh persen
Baca juga: Bappenas sebut tiga skenario target pertumbuhan ekonomi 2020-2024
Pewarta: Satyagraha
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019