• Beranda
  • Berita
  • Kemenhub: Perlu ada perubahan budaya mudik dengan kapal laut

Kemenhub: Perlu ada perubahan budaya mudik dengan kapal laut

3 Juni 2019 14:36 WIB
Kemenhub: Perlu ada perubahan budaya mudik dengan kapal laut
Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut Kementerian Perhubungan Captain Wisnu Handoko meninjau Pelabuhan Sorong dalam masa Angkutan Lebaran 2019. (Kemenhub)

...agar tidak memaksakan diri naik ke kapal jika kapasitas kapalnya sudah melebihi batas yang diizinkan

Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mengimbau agar para penumpang angkutan laut Lebaran 2019 untuk memahami dan mengikuti aturan keselamatan pelayaran serta tidak memaksakan diri naik kapal guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut Kemenhub Captain Wisnu Handoko dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin, mengatakan bahwa hingga Senin (3/6) penyelenggaraan angkutan laut Lebaran di wilayah Sorong dan sekitarnya berjalan dengan aman, selamat, tertib dan nyaman usai peninjauan angkutan laut Lebaran 2019 di Sorong, Papua, Senin didampingi Kepala KSOP Kelas I Sorong, Takwim dan Kepala Distrik Navigasi Kelas I Sorong, Haekal Marasabessy.

Namun diakuinya, perlu ada perubahan kebiasaan masyarakat dalam menggunakan kapal laut sebagai sarana mudik, khususnya di wilayah Indonesia bagian Timur agar bisa lebih tertib sebagai penumpang kapal mulai dari merencanakan bepergian, membeli tiket, sampai dengan embarkasi pada hari keberangkatan kapal.

"Perlu adanya perubahan budaya mudik masyarakat menggunakan kapal laut khususnya di Papua, agar tidak memaksakan diri naik ke kapal jika kapasitas kapalnya sudah melebihi batas yang diizinkan. Hal ini semata-mata untuk keselamatan kita bersama," ujarnya.

Wisnu menambahkan bahwa para penumpang yang belum dapat terangkut agar mempunyai kesadaran dan dengan ikhlas bersedia naik kapal pada jadwal berikutnya karena dari laporan Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas I Sorong disebutkan bahwa setelah KM Gunung Dempo diberangkatkan pada 27 Mei dengan penumpang naik penuh sesuai dengan kapasitas dispensasi kelebihan penumpang yang diberikan, berikutnya masih ada  KM Ciremai dan KM Tidar dengan jumlah penumpang yang naik tenyata di bawah kapasitas kapal termasuk kapasitas dispensasi penambahan jumlah penumpang.

"Artinya nampak dalam hal ini, para penumpang di Pelabuhan Sorong banyak yang memaksakan diri untuk dapat terangkut dengan Kapal KM Gunung Dempo, meskipun masih sesuai kapasitas kapal yang diberikan dengan tetap mengutamakan faktor keselamatan. Namun akibatnya faktor kenyamanan sedikit berkurang," katanya.

Di samping itu, Ditjen Perhubungan Laut melalui Kantor KSOP Sorong juga sudah menyiapkan beberapa kapal cadangan seperti KM Sabuk Nusantara 75, KM Miami, Kapal Kenavigasian KN Yefius dan Kapal Latih Frans Kaisiepo, untuk mengangkut penumpang yang tidak terangkut dengan KM Gunung Dempo.

Namun demikian, ia mengatakan bahwa Pemerintah terus melakukan evaluasi dan mencari langkah-langkah terkait penyelenggaraan angkutan laut Lebaran agar semakin baik ke depannya.

"Langkah ke depan yang harus diperbaiki adalah mengatur kembali manajemen rute deviasi kapal-kapal PT Pelni saat angkutan laut Lebaran dan juga angkutan Natal dan Tahun Baru dengan prioritas pelabuhan- pelabuhan padat," ujarnya.

Selanjutnya adalah transparansi pembelian tiket sesuai kapasitas dispensasi yang diberikan kepada PT Pelni, artinya tidak ada lagi tiket dijual setelah kapasitas kapal sudah terpenuhi, menguatkan pembelian tiket secara daring oleh masyarakat, dan tidak ada pembelian tiket melalui petugas loket serta sterilisasi terminal penumpang, memastikan hanya penumpang dengan memiliki tiket yang berlaku bisa masuk ke area tunggu.

"Dalam hal jumlah kapal PT Pelni tidak memadai untuk mengangkut permintaan penumpang, maka penumpang yang sudah membeli tiket Pelni harus bersedia dialihkan ke kapal perintis dan kapal cadangan lainnya yang disediakan oleh Kemenhub," kata Wisnu.

Sekali lagi, lanjut dia, kenyamanan dan ketertiban di angkutan laut dapat tercipta dan terwujud dengan dukungan dan sinergitas antara regulator, operator pelayaran, operator Pelabuhan dan pengguna jasa sehingga pelayanan angkutan laut akan menjadi lebih baik.

"Kalau penumpang pesawat di bandara bisa, penumpang kereta api di stasiun bisa, maka bukan tidak mungkin penumpang kapal di pelabuhan juga bisa tertib," tutup  Wisnu.

Sebagai informasi, laporan Posko Pusat Perhubungan Laut Angkutan Lebaran Tahun 2019, Senin (3/6) Pukul 01.00 WIB menyebutkan total penumpang sampai dengan H-2 sebesar 738.857 orang dengan lima pelabuhan yang jumlah penumpangnya tertinggi yaitu Batam sebanyak 104.676 orang, Tanjung Balai Karimun sebanyak 77.735 orang, Tanjung Pinang dengan 44.860 orang, Ternate  mengangkut 40.123 orang, dan Balikpapan  sebanyak 35.221 orang.

Baca juga: Pemudik diimbau beli tiket bus di agen resmi, hindari calo
 

Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019