"Tahun ini kami dapat bantuan dari KKP untuk pengembangan garam seluas 20 hektare, sekarang sedang persiapan untuk mulai digarap," kata Bupati Sabu Raijua, Nikodemus Rihi Heke, kepada Antara ketika dihubungi dari Kupang, Jumat.
Ia mengatakan, lahan pengembangan garam ini telah disiapkan secara terpusat pada satu titik lokasi dan dikerjakan bersama masyarakat setempat.
Hasil pengembangan garam ini, lanjut dia, nantinya akan disalurkan untuk menambah pasokan produksi garam dari NTT dalam rangka memenuhi kebutuhan secara nasional.
"Memang 20 hektare ini tidak terlalu banyak tapi nanti ditambah bisa ditambah produksi lainnya di daerah kami yang selama ini sudah digarap," katanya.
Nikodemus mengakui pengembangan garam sudah menjadi salah satu fokus utama dari pemerintah provinsi setempat. Untuk itu, lanjutnya, pihaknya siap mendukung pasokan melalui pemanfaatan lahan potensial di daerah setempat.
Sebelumnya, Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat, mengemukakan dirinya optimistis NTT akan menjadi penyumbang utama kebutuhan garam secara nasional.
Ia menyebut sejumlah daerah potensial penghasil garam seperti Kabupaten Malaka dan Kabupaten Kupang mencapai hingga 8.000 hektare.
"Jika 8.000 hektare itu dikelola dengan baik, maka akan menghasilkan 1,5 juta metrik ton garam. Ini lah yang membuat NTT akan menjadi daerah yang hebat karena produksi garamnya," katanya.
Jumlah tersebut, kata dia, belum termasuk dengan kawasan tambak garam lain di kabupaten lain seperti di Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Nagekeo, serta Rote Ndao.
Baca juga: Tiga embung dialokasikan untuk atasi kekeringan di Kabupaten Sabu Raijua-NTT
Baca juga: Bulog tambah stok 1,5 ton bawang merah dari petani Sabu Raijua
Pewarta: Aloysius Lewokeda
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019