Militer Suriah dukungan Rusia menggencarkan serangan terhadap pemberontak di markas utama terakhir mereka melalui serangan udara dan pertempuran darat yang telah memaksa puluhan ribu orang meninggalkan rumah mereka.
"Ketakutan kami adalah jika ini berlanjut, dan jika jumlahnya terus bertambah, dan jika konflik meningkat, maka kita dapat melihat ratusan ribu, satu juta, dua juta pengungsi akan menuju perbatasan dengan Turki," kata Koordinator Kemanusiaan Regional PBB untuk Krisis Suriah, Panos Moumtzis.
Serangan sejak akhir April, yang sebagian besar berfokus pada wilayah selatan Provinsi Idlib dan daerah terdekatnya Hama dan Latakia, menandai konflik paling intens antara Presiden Bashar al-Assad dan musuh-musuh pemberontaknya sejak musim panas lalu.
Moumtzis di Jenewa mengatakan kepada Reuters bahwa situasinya memburuk dan perjanjian antara Rusia dan Suriah untuk menurunkan ketegangan pertempuran di sana sudah tidak berlaku.
"Kami melihat serangan yang benar-benar menargetkan - atau berdampak pada - rumah sakit dan sekolah di daerah sipil, di daerah terdapat populasi dan daerah perkotaan - yang seharusnya tidak terjadi menurut hukum kemanusiaan internasional," kata Moumtzis.
Organisasi bantuan didesak untuk memberitahu lokasi mereka kepada pihak-pihak bertikai guna menghindari serangan. Namun setelah berulang kali serangan udara menghantam rumah sakit, banyak pekerja bantuan yang tak mempercayai permintaan semacam itu, kata Moumtzis.
"Ini bencana, apa yang telah terjadi ... demi kemanusiaan harus ada campur tangan," kata dia.
Sumber: Reuters
Baca juga: 35.000 warga Suriah mengungsi ke perbatasan Turki dalam 48 jam
Baca juga: PBB: lebih dari 23.000 pengungsi Suriah lari ke Turki
Baca juga: Pengungsi Suriah selamatkan diri dari IS ke Turki
Pewarta: Asri Mayang Sari
Editor: Maria D Andriana
Copyright © ANTARA 2019