Ratusan Hektar lahan persawahan di Desa Lempake, Samarinda Utara, terendam air akibat banjir yang terjadi di Ibukota Provinsi Kaltim tersebut dalam beberapa hari terakhir dan terancam gagal panen.
Menurut Bilal, petani di kelurahan Lempake, ketika ditemui, Selasa, lahan pertaniannya ikut terendam air sejak beberapa hari lalu dan sekarang air semakin tinggi dan hampir menutupi lahan pertaniannya.
"Para petani di Kelurahan Lempake rata-rata mengalami gagal panen karena kini sudah masuk musim tanam. Baik tanaman jagung maupun padi yang baru kita tanam dipastikan mati. Semua gagal panen,” kata Bilal.
Kondisi tersebut, dikatakan Bilal menimbulkan kerugian bagi para petani, setidaknya rugi pengeluaran pembelian bibit yang tidak membuahkan hasil. Ia mengaku rugi Rp5 juta, yakni modal yang dikeluarkan untuk menanam benih padi yang idealnya menghasilkan sekitar 50 karung beras bila panen tiba.
Untuk itu, Ia berharap pemerintah menunjukkan kepeduliannya agar bisa membantu meringankan beban para petani yang gagal panen akibat bencana banjir. "Jagung yang baru tumbuh juga mati, begitu juga dengan sayuran," katanya.
Desa Lempake merupakan salah satu wilayah pertanian dan lumbung pangan bagi Kota Samarinda, selain sejumlah desa di Kecamatan Palaran. Letak geografis Lempake berada di wilayah utara kota Samarinda, dan menjadi salah satu titik banjir yang menerpa kota Samarinda, sejak 6 Juni 2019 kemarin.*
Baca juga: GMSS-SKM Samarinda turunkan lima perahu evakuasi korban banjir
Baca juga: Sekda: Pemkot Samarinda fokus atasi dampak banjir
Pewarta: Arumanto
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019