• Beranda
  • Berita
  • Bencana kekeringan mulai landa 10 kecamatan di Gunung Kidul

Bencana kekeringan mulai landa 10 kecamatan di Gunung Kidul

16 Juni 2019 09:41 WIB
Bencana kekeringan mulai landa 10 kecamatan di Gunung Kidul
BPBD Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, menyiapkan armada tangki untuk mendistribusikan bantuan air bersih kepada warga terdampak kekeringan. (FOTO ANTARA/Sutarmi)

Dari 10 kecamatan terdampak kekeringan, kondisi paling parah terjadi di Kecamatan Paliyan, Girisubo, dan Rongkop. Kami sudah mendistribusikan air bersih ke tiga kecamatan tersebut sejak 1 Juni lalu

Sebanyak 10 kecamatan di Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mulai dilanda bencana kekeringan cukup parah, sehingga berpotensi terjadi kesulitan air bersih pada musim kemarau 2019 ini.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunung Kidul, Edi Basuki di Gunung Kidul, Minggu, mengatakan berdasarkan rapat koordinasi antara pemangku kepentingan dan pemerintah kecamatan, ada 10 kecamatan mulai terdampak kekeringan yaitu Kecamatan Girisubo, Rongkop, Purwosari, Tepus, Ngawen, Ponjong, Semin, Patuk, Semanu, dan Paliyan.

"Dari 10 kecamatan terdampak kekeringan, kondisi paling parah terjadi di Kecamatan Paliyan, Girisubo, dan Rongkop. Kami sudah mendistribusikan air bersih ke tiga kecamatan tersebut sejak 1 Juni lalu," kata Edi.

Ia mengatakan BPBD Gunung Kidul sudah menyiapkan seluruh armada dan pendukungnya dalam menghadapi ancaman kekeringan dan kekurangan air bersih di wilayah ini. BPBD juga telah mensosialisasikan mekanisme pengajuan permohonan bantuan air bersih ke pemerintah kecamatan hingga desa.

Selain itu, BPBD telah meminta pemerintah kecamatan hingga desa melakukan pemetaan wilayah masing-masing yang membutuhkan bantuan air bersih, dan segera diajukan permohonan distribusi air bersih.

"Bantuan air bersih akan distribusikan apabila ada proposal permohonan yang masuk. Sehingga kalau tidak ada proposal, kami tidak melayanani distribusi kepada masyarakat," katanya.

Edi menjelaskan, hingga saat ini, jumlah wilayah yang mengajukan bantuan masih belum banyak. Meski demikian, sambung dia, seperti pengalaman di tahun-tahun sebelumnya, pada saat mendekati puncak musim kemarau jumlah permintaan akan terus bertambah.

"Kami memiliki banyak kecamatan-kecamatan yang menjadi langganan krisisi air. Selain Girisubo, ada juga Tepus, Rongkop, Panggang, Purwosari, Patuk hingga wilayah Semin,” ungkapnya.

Di sisi lain wilayah-wilayah yang sulit dijangkau juga menjadi perhatian. Daerah seperti Gedangsari membutuhkan sopir dan kendaraan yang prima. Di wilayah lain yang sulit dijangkau, pihaknya juga akan bekerja sama dengan kecamatan setempat.

“Ada wilayah tertentu yang memang harus driver dan kondisi kendaraanya harus bagus. Wilayah-wilayah yang Gedangsari dari sisi lokasinya membutuhkan sopir dan kendaraan yang harus lebih bagus. Itu yang kita prioritaskan,” katanya.

Edi mengatakan untuk bantuan air bersih pada tahun ini, BPBD mengalokasikan anggaran sekitar Rp500 juta. Adapun armada yang diterjunkan untuk penyaluran sebanyak tujuh unit truk pengangkut air.

"Kami siapkan tujuh, tapi yang beroperasi penuh hanya enam karena satu unit truk dijadikan armada cadangan,” paparnya.

Sementara itu, untuk wilayah wisata seperti kawasan pantai, Edi mengatakan jaringan PDAM sudah merata seperti di Pantai Baron dan sekitarnya.

"Selain itu daerah lain juga memiliki sumber mata air yang dapat dijangkau untuk kegiatan pantai," katanya.

Baca juga: Gunung Kidul segera dropping air bersih karena kekeringan meluas

Baca juga: Relawan distribusikan 200 tangki air di Gunungkidul

Baca juga: PUPR bangun embung raksasa di Semanu Gunung Kidul

Pewarta: Sutarmi
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019