Tim medis: Warga waspadai penyakit pascabanjir

17 Juni 2019 09:41 WIB
Tim medis: Warga waspadai penyakit pascabanjir
Ilustrasi - Koordinator Tim Medis GMSS-SKM dr. Bahrul Huda menggunting obat di tengah banjir di Jalan Kesehatan Samarinda untuk diberikan kepada warga yang diperiksa dulu kesehatannya. (ANTARA/M. Ghofar)

penyakit pascabanjir merupakan ancaman kesehatan, maka penanganannya dengan memperbaiki kualitas kesehatan lingkungan dan kecukupan air bersih

Tim Medis Relawan Banjir dari Gerakan Memungut Sehelai Sampah Sungai Karang Mumus (GMSS-SKM) Samarinda, Kalimantan Timur mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai berbagai penyakit yang bakal muncul pascabanjir di daerah itu.

"Setidaknya ada tujuh penyakit yang rawan muncul pascabanjir. Ini juga sudah pernah terjadi di Aceh, maka semua pihak harus terus waspada agar tidak terserang penyakit pascabanjir," ujar Koordinator Tim Medis GMSS-SKM dr. Bahrul Huda di Samarinda, Senin.

Berbagai penyakit yang perlu diwaspadai pascabanjir, antara lain leptospirosis. Penularan penyakit itu dari kotoran dan kencing tikus yang dibawa banjir yang bisa menginfeksi melalui kontak dengan air yg mengandung kencing tikus dan masuk lewat luka pada jaringan tubuh.

Selain itu, diare. Penyakit itu terjadi karena individu yang kurang menjaga kebersihan. Apalagi air yang dibawa banjir menyebabkan terkontaminasinya sumber air dengan berbagai macam sampah.

Selain itu, penyakit demam berdarah yang disebabkan gigitan nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk itu mudah berkembang pada air yang menggenang, terutama botol bekas, kaleng bekas, ban bekas, dan benda lain yang terseret banjir.

Selain itu, infeksi saluran pernapasan (ispa) yang disebabkan bakteri atau virus. Ispa mudah menyebar pada warga di tempat pengungsian. Jika di kawasan tersebut ada yang menderita ispa, yang lain bisa tertular.

"Kelima penyakit kulit. Keenam penyakit saluran cerna, yakni maag karena makan tidak teratur dan tifus karena tercemarnya makanan oleh bakteri. Ketujuh adalah memburuknya penyakit kronis akibat kelelahan sehingga menyebabkan turunnya daya tahan tubuh, apalagi jika banjir terjadi berhari-hari seperti sekarang," katanya.

Upaya penanganan, kata dia, antara lain kebijakan sanitasi melalui media massa oleh pemerintah agar masyarakat luas memahami dan dapat melakukannya sendiri tentang bagaimana cara mencegah terjadinya penyakit akibat banjir.

Ia mengatakan langkah teknis yang perlu dilakukan masyarakat dalam mencegah penyakit setelah banjir, antara lain membersihkan tempat tinggal dimulai dengan mengemas sampah dan membuang pada tempatnya, membersihkan rumah dengan desinfektan dan menutup lubang air.

Masyarakat, kata dia, juga perlu mendapatkan perawatan medis secepatnya untuk mencegah penurunan kondisi tubuh dan mengobati luka yang terbuka, memakai alas kaki keras jika berjalan di sekitar genangan air yang masih tersisa di sejumlah kawasan di Samarinda.

"Melakukan praktik higienis dengan memasak air sampai mendidih, menyiapkan sayuran atau makanan bersih, cuci tangan dengan sabun di air mengalir. Karena penyakit pascabanjir merupakan ancaman kesehatan, maka penanganannya dengan memperbaiki kualitas kesehatan lingkungan dan kecukupan air bersih," ucap Bahrul.

Baca juga: Pemkot Samarinda perpanjang status darurat banjir
Baca juga: Relawan terus distribusikan kebutuhan pokok korban banjir Samarinda
Baca juga: Korban banjir di Samarinda mencapai 30.580 Jiwa

Pewarta: M.Ghofar
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2019