PT PP (Persero) Tbk, salah satu perusahaan konstruksi dan investasi terkemuka di Indonesia meraih kontrak baru pembangunan pabrik peleburan (smelter) berteknologi Rotary Kiln Electric Furnance (RKEF) dengan sebuah perusahaan swasta PT Ceria Nugraha Indotama (PT CNI) selaku investor.Dengan keberhasilan Perseroan sebagai kontraktor EPC (Engineering, Procurement and Construction) yang telah memiliki berbagai pengalaman dalam mengerjakan proyek-proyek pembangkit serta minyak dan gas, maka saat ini Perseroan mulai terjun ke area ind
“Dalam pembangunan proyek smelter ini, Perseroan berperan sebagai kontraktor yang akan bertanggung jawab dalam penyelesaian proyek yang akan bekerja sama dengan partner konsorsium ENFI (BUMN China) di mana Perseroan optimistis dapat menyelesaikan proyek tersebut selama 24 bulan," kata Direktur Operasi 3 PT PP (Persero) Tbk Abdul Haris Tatang dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Senin.
Acara pemancangan tiang pertama tersebut pada Sabtu (15/6) ditandai dengan penekanan tombol bersama yang dihadiri oleh Menteri Pendayagunaaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Syafruddin, Wakil Menteri Energi Sumber Daya Mineral Archandra Tahar, Gubernur Sulawesi Tenggara Ali Mazi dan Bupati Kolaka Ahmad Safei, Direktur Operasi 3 Perseroan Abdul Haris Tatang, dan Direktur Utama PT CNI Derian Sakmiwata, juga jajaran manajemen Perseroan dan PT CNI.
Dengan keberhasilan Perseroan sebagai kontraktor EPC (Engineering, Procurement and Construction) yang telah memiliki berbagai pengalaman dalam mengerjakan proyek-proyek pembangkit serta minyak dan gas, maka saat ini Perseroan mulai terjun ke area industri proses pengolahan mineral.
Proyek Pembangunan Smelter Feronikel yang berlokasi di Kecamatan Wolo, Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara ini akan menelan investasi Rp4 triliun untuk Tahap 1 dan akan dilanjutkan tahap berikutnya dengan nilai total investasi mencapai Rp14,5 triliun.
Pabrik Smelter yang memiliki total kapasitas sebesar 4x72 MVA ini ditargetkan akan dapat beroperasi pada tahun 2021 dan nantinya diperkirakan akan memproduksi sekitar 229.000 ton Feronikel (FeNi) setiap tahunnya dengan kadar nikel 22-24 persen. Pembangunan pabrik Smelter ini menggunakan teknologi RKEF yang terdiri dari 4 tanur listrik jenis rectangular dimana teknologi ini merupakan yang pertama di Indonesia.
Pembangunan Smelter Feronikel ini merupakan upaya yang dilakukan oleh PT CNI selaku perusahaan dalam negeri untuk dapat membantu meningkatkan devisa negara di sektor minerba. Selain itu, dengan beroperasinya pabrik Smelter ini, penyerapan tenaga kerja di masyarakat sekitar dipastikan dapat membantu meningkatkan perekonomian.
Kontrak sampai April 2019
Direktur Utama PT PP Lukman Hidayat, mengatakan sampai dengan April 2019, Perseroan berhasil membukukan kontrak baru sebesar Rp10,57 triliun atau merealisasikan perolehan kontrak baru sebesar 21 persen dari total target yang ditetapkan oleh Manajemen Perseroan, yaitu sebesar Rp50,30 triliun di tahun 2019.
"Kami optimistis target kontrak baru tahun ini sebesar Rp50,30 triliun akan tercapai hingga akhir 2019,” katanya.
Pencapaian kontrak baru sebesar Rp10,57 triliun tersebut terdiri dari kontrak baru induk perseroan sebesar Rp9,23 triliun dan anak perusahaan sebesar Rp1,34 triliun.
Beberapa proyek yang berhasil diraih Perseroan sampai dengan April 2019, antara lain RDMP RU V Balikpapan Tahap II sebesar Rp3,38 triliun, jalan Tol Indrapura Kisaran (lanjutan) sebesar Rp3 triliun, Pesantren Mualimin Yogyakarta sebesar Rp470 miliar, lepas landas Soetta Section 1 (pekerjaan tambah) sebesar Rp455 miliar, Kereta Api Makassar Pare-Pare sebesar Rp450 miliar, Sapras SPBU Rest Area sebesar Rp334 miliar, RSUD Soreang sebesar Rp269 miliar.
Sampai dengan April 2019, perolehan kontrak baru dari BUMN mendominasi perolehan kontrak baru Perseroan dengan kontribusi sebesar 65,88 persen, disusul oleh swasta sebesar 25,04 persen dan Pemerintah (APBN) sebesar 9,08 persen dari total perolehan kontrak baru.
Perolehan kontrak baru berdasarkan jenis atau tipe pekerjaan, yaitu: pembangkit listrik sebesar 33,70 persen, jalan dan jembatan sebesar 28,46 persen, gedung sebesar 24,58 persen, bandar udarasebesar 4,31 persen, kereta api sebesar 4,26 persen, industri sebesar 3,06 persen, dan irigasi sebesar 1,66 persen.
Baca juga: Arcandra letakan batu pertama "smelter" berkapasitas 230.000 ton
Baca juga: Pemerintah siap berdayakan limbah industri dari smelter
Pewarta: Ahmad Wijaya
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2019