BPS: Penduduk miskin di DKI Jakarta menurun 0,02 persen
BPS: Penduduk miskin di DKI Jakarta menurun 0,02 persen
17 Juni 2019 18:34 WIB
Dokumentasi warga beraktivitas di kawasan permukiman padat penduduk, di bantaran Kali Krukut Bawah, Kebon Melati, Tanah Abang, Jakarta, Jumat (20/7/2018). (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)
... di Menteng lalu, di permukiman mewah masih ada orang miskin...
Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta mencatat persentase penduduk miskin di DKI Jakarta pada bulan September 2018 mencapai 3,55 persen, turun dibandingkan Maret 2018 (3,57 persen).
Tingkat kemiskinan September 2018 tersebut, mencakup sejumlah 372,26 ribu orang. Dibandingkan dengan September 2017, persentase penduduk miskin turun 0,23 persen poin atau turun sebesar 20,87 ribu orang.
“Tingkat kemiskinan DKI Jakarta terendah seluruh Indonesia, cenderung stagnan,” kata Kepala BPS Provinsi DKI Jakarta, Thoman Pardosi di Jakarta, Senin.
Menurut dia, jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi besarnya garis kemiskinan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan.
Selama September 2017-September 2018, garis kemiskinan naik sebesar 5,11 persen, dari Rp578.247 per kapita per bulan menjadi Rp607.778 per kapita per bulan. Pada periode Maret 2018-September 2018 naik sebesar 2,47 persen, dari Rp593.108 per kapita per bulan menjadi Rp607.778 per kapita per bulan.
Salah satu ukuran ketimpangan yang sering digunakan adalah rasio Gini; angka itu diDKI Jakarta pada September 2018 adalah sebesar 0,390, turun 0,004 poin dari 0,394 pada Maret 2018, dan turun sebesar 0,019 poin bila dibandingkan dengan September 2017.
Sementara RW kumuh tidak berpengaruh langsung pada kemiskinan, di RW yang kumuh belum tentu orangnya miskin semua, dan sebaliknya jika RW tidak kumuh pasti ada orang miskin. “Seperti yang di Menteng lalu, di permukiman mewah masih ada orang miskin,” kata dia.
Menurut dia, RW kumuh sebenarnya pendekatan di sarana, prasarana dan lokasi yang kumuh berarti penataan permukiman itu kumuh.
“Kemiskinan sudah keraknya, kalau keraknya diangkat maka terbuka akan rusak, istilahnya wajan keraknya dicongkel akan rusak maka harus dibuka seluruhnya,” kata Thoman.