Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, menyiagakan personel guna mengantisipasi potensi bencana kekeringan di belasan desa daerah tersebut sebagai dampak kemarau selama beberapa bulan terakhir.Kalau mengacu data kekeringan tahun lalu, setidaknya ada 15 desa yang rawan kekeringan
"Kalau mengacu data kekeringan tahun lalu, setidaknya ada 15 desa yang rawan kekeringan," kata Kepala BPBD Tulungagung Suroto di Tulungagung, Senin.
Ia menjelaskan 15 desa dimaksud tersebar di lima kecamatan berbeda, yakni Kecamatan Tanggunggunung (tiga desa), Besuki (empat desa), Kalidawir (empat desa), Pucanglaban (empat desa) dan Rejotangan (satu desa).
Saat ini, kata dia, 15 desa langganan bencana kekeringan itu belum mengeluhkan kesulitan air bersih karena sumber-sumber air dan sumur masih tersedia air bersih yang laik konsumsi.
Namun BPBD memprediksi kondisi itu tidak bertahan lama. "Karena Desa Besuki di Kecamatan Besuki bahkan sudah mengajukan bantuan suplai air bersih mengantisipasi sumber air mengering" kata Suroto.
Ia menjelaskan, anggaran untuk melakukan pengiriman air bersih bersifat situasional. Anggaran bisa saja bertambah jika bencana kekeringan kian meluas.
Sesuai ramalan Badan Meteorologi dan Geofisika, puncak kekeringan nanti akan terjadi di bulan September 2019 hingga awal tahun 2020.
Ia menambahkan pengiriman bisa dilakukan hingga lima tangki air di satu desa dalam sehari.
"Kalau lihat ramalan BMKG mulai bulan Agustus hingga awal tahun," katanya.
Daerah yang mengalami kekeringan, kata dia, biasanya berada di lereng-lereng pegunungan. Untuk wilayah dataran seperti kota, dipastikan pasokan air bersih aman.
Baca juga: Warga bangun instalasi air atasi kekeringan
Baca juga: Mentan tinjau kekeringan di Tulungagung
Pewarta: Destyan H. Sujarwoko
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019