Ketua Damar Panuluh Nusantara Kabupaten Kediri Riyanto, Senin mengemukakan struktur candi itu ditemukan di sawah milik Dwi Peni Muafatin di Desa Krecek, Kecamatan Badas, Kabupaten Kediri.
"Awalnya warga menduga bangunan kuno peninggalan zaman Belanda. Ternyata, setelah ke lokasi, ditemukan ada struktur batu bata merah kuno, mirip dengan penemuan sejumlah situs di kabupaten," kata dia.
Ia menambahkan, bangunan itu disebut oleh warga "Sebadai Putuk Gong". Dari cerita yang berkembang, di tempat ini pada waktu tertentu mengeluarkan suara seperti gamelan dan gong, sehingga disebut dengan "Sebadai Putuk Gong".
Baca juga: Petani di Tulungagung tak sengaja temukan arca dewa
Warga, kata dia, juga tidak berani mendekat karena dinilai tempat angker, sehingga tidak diketahui dengan pasti lokasi itu, hingga terdapat komunitasnya yang melihat secara langsung di lokasi.
Ia menduga, bangunan mirip dengan candi itu panjangnya sekitar 10 meter dengan lebar 8 meter. Namun, untuk kepastian peninggalan zaman kerajaan apa, masih belum diketahui dengan pasti.
Selain itu, warga di Desa Krenceng, Kecamatan Kepung, Kabupaten Kediri juga menemukan sebuah arca Ganesha setinggi 33 sentimeter saat menggali tangki septik. Arca dengan lebar 19 sentimeter dan tebal 13 sentimeter itu ditemukan oleh pekerja bangunan saat bekerja di rumah Nursamsu, warga setempat.
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kediri Adi Suwignyo mengatakan pihaknya sudah mendapatkan informasi terkait dengan temuan situs dan arca tersebut. Bahkan, pegawai terkait juga sudah ke lokasi guna melakukan pengecekan.
Baca juga: BP3 Trowulan Selidiki Temuan Arca di Bondowoso
"Bagian arca Ganesha diperkirakan pembuatan abad 10-12 zaman Kerajaan Kadiri. Dengan temuan ini, menandakan banyak peninggalan sejarah dan tidak salah, bahwa Kediri merupakan kerajaan tertua nomor dua di Indonesia. Kami turunkan petugas melihat langsung, mengamankan supaya tidak ada kerusakan," kata dia.
Wignyo menambahkan dari hasil temuan itu akan dilaporkan ke ahli terkait yakni Balai Peletarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan, Mojokerto. Ia juga sudah koordinasi dengan muspika setempat untuk ikut mengamankan temuan itu.
"Kami koordinasi dengan muspika, ke lokasi supaya lestari dan diamankan. Penemuan candi di Badas juga sudah kami laporkan dan Bupati juga sudah meminta semua situs dilestarikan," kata Wignyo.
Baca juga: Arca temuan warga Ngawi diperkirakan peninggalan Majapahit
Pewarta: Asmaul Chusna
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2019