"Kemudian kalau berat dengan uang muka, beberapa pengembang biasanya menawarkan kemudahan agar dapat mengangsur," kata Peony yang juga Direktur SouthCity saat dihubungi di Jakarta, Selasa.
Mengutip dari data Bank Indonesia, dia menyebutkan bahwa di tahun 2018, terdapat peningkatan jumlah debitur usia 26 hingga 35 tahun yang mendominasi pertumbuhan Kredit Pemilikan Rumah (KPR).
Pertumbuhan debitur usia 26 hingga 35 tahun ini utamanya terjadi di pangsa rumah tapak tipe 22 hingga 70 meter persegi rumah susun tipe 22 hingga 70 meter persegi serta rumah susun tipe 21 ke bawah.
Kalau dirinci, pangsa usia 26 hingga 35 tahun untuk rumah tapak tipe 22-70 meter persegi terus meningkat dari tahun 2014 hingga 2018. Adapun jumlah persentase debitur rumah tipe 22-70 meter persegi untuk usia 26 hingga 35 tahun berada pada kisaran 35 hingga 50 persen dari total debitur KPR.
Sementara untuk rumah susun atau flat tipe 22-70 meter persegi, di tahun 2018 debitur usia 26 hingga 35 tahun mulai mendominasi pasar. Persentase debitur usia tersebut dari keseluruhan debitur KPR berjumlah 35 persen.
Dari data tersebut bisa digambarkan bahwa pasar potensial bagi industri properti adalah kaum milenial. Namun tidak semua generasi milenial memiliki kesempatan untuk mengajukan KPR untuk membeli rumah pertama mereka.
Kelompok debitur dalam kisaran usia 26-35 tahun hanya mewakili 40 persen dari total jumlah milenial di Indonesia. Ini berarti bahwa ada 60 persen milenium yang masih belum memiliki akses ke pinjaman perumahan.
Ada beberapa kendala yang dihadapi oleh generasi ini untuk memiliki hunian. Beberapa diantaranya adalah daya beli hunian yang terbilang rendah dan pendapatan yang relatif belum mencukupi. Hal ini terkait juga dengan gaya hidup kaum milenial yang lebih mengutamakan pengalaman hidup dibandingkan masa depan.
Peony yang tengah membangun hunian bertingkat di selatan Jakarta ini mengatakan perusahaannya termasuk yang banyak memberikan fasilitas kepada kaum muda untuk memiliki rumah. Salah satunya uang muka yang dapat diangsur bahkan sampai tiga tahun.
Dengan fasilitas ini pembeli cukup mengangsur Rp3 jutaan sampai 24 kali, kemudian bisa dilanjutkan dengan mengangsur melalui KPA yang besarannya Rp3 juta per bulan.
"Proyek apartemen The Parc yang kami kembangkan sudah mempertimbangkan daya beli masyarakat, untuk itu beragam fasilitas diberikan agar tidak memberatkan untuk memiliki hunian ini," ujar dia.
Baca juga: Cari rumah di pinggiran wilayah Jakarta? simak review singkatnya berikut ini
Baca juga: Tiga area ini jadi favorit properti Jabodetabek
Baca juga: Jakarta akan jadi destinasi utama pasar properti Asia
Pewarta: Ganet Dirgantara
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2019