Tidak mudah bagi IAIN Palu mencapai hal itu, berbagai tantangan di hadapi oleh perguruan tinggi Islam negeri itu yang saat ini di pimpin oleh Rektor Prof Dr H Saggaf S Pettalongi MPd.
Penyebaran faham radikal turut serta menambah tantangan tersendiri bagi IAIN Palu dalam menjaga marwah Kementerian Agama RI, menjunjung tinggi Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika.
Kementerian Agama menyebut radikalisme sebagai salah satu faham yang ekstrem yang di dunia pendidikan justru tumbuh di sekolah umum dengan salah satu pemicunya waktu ajar pendidikan agama yang sedikit sehingga pemahaman terhadap agama menjadi tidak optimal dan menyeluruh.
Porsi pendidikan agama di sekolah nonagama umumnya hanya dua jam setiap pekan sehingga materi keagamaan menjadi kurang.
Badan Intelijen Negara (BIN), mengungkapkan, sekitar 39 persen mahasiswa dari sejumlah perguruan tinggi telah terpapar paham radikal, pada tahun 2018. Hal itu berdasarkan penelitian BIN yang dilakukan pada 2017 lalu.
Kepala BIN yang saat itu di jabat oleh Budi Gunawan, mengemukakan 15 provinsi di Indonesia menjadi perhatian pergerakan radikalisme itu. Dari survei yang dilakukan diperoleh data 24 persen mahasiswa dan 23,3 persen pelajar SMA setuju dengan jihad untuk tegaknya negara Islam.
Inilah yang kemudian menjadi salah satu latar belakang Rektor Prof Dr H Sagaf S Pettalongi menyusun strategi, program kegiatan akademik selain untuk menunjang upaya pencerdasan mahasiswa, juga agar mahasiswa-nya tidak terpapar faham radikal.
"Kami menginginkan agar mahasiswa dapat memahami Islam, seperti Islam yang di ajarkan dan di contohkan oleh Rasulullah SAW. Yaitu, Islam Rahmatan Lilalaamin atau Islam Wasathiyah, atau dalam bahasa Indonesia di sebut Islam moderat," ucap Prof Sagaf Pettalongi.
.
Keinginan Rektor menjadikan mahasiswanya sebagai kaum intelektual Muslim yang moderat, dengan konsep Islam Wasathiyah merujuk pada Quran Surah Albaqarah Ayat 143.
Meski tidak ada mahasiswanya yang terpapar faham radikal, faham ekstremisme. Namun kegiatan akademik yang bermuara pada pembentukan wawasan moderasi Islam dan Islam Rahmatan Lilalaamin terus di tonjolkan.
Strategi Pengkaderan
Mahasiswa baru tahun 2019 menjadi sasaran dari pembentukan intelektual Muslim moderat. Hal ini berangkat dari pernyataan Kementerian Agama menyebut radikalisme sebagai salah satu faham yang ekstrime, di dunia pendidikan justru tumbuh di sekolah umum.
Saat ini, ribuan calon mahasiswa dari berbagai dari di Sulawesi Tengah jebolan Madrasyah Aliyah dan sekolah umum telah mendaftar-kan dirinya untuk kuliah di IAIN Palu. Pendaftaran itu di lakukan oleh calon mahasiswa lewat jalur Seleksi Prestasi Akademik Nasional (SPAN), UMPTKIN dan mandiri.
IAIN Palu menargetkan menerima 2.000 mahasiswa baru pada tahun 2019 ini, dengan mengandalkan tiga jalur pendaftaran tersebut. Jalur pendaftara Mandiri untuk calon mahasiswa masih di buka, sementara SPAN dan UMPTKIN telah di tutup.
Sebagai perguruan tinggi Islam negeri yang turut serta bertanggung jawab terhadap pembinaan umat, membendung faham radikalisme. Maka tiga model pengkaderan di kedepankan oleh IAIN Palu.
Pertama, menjadikan Mahad Aljamiah yang bertempat di Rusunawa IAIN Palu di Kelurahan Tipo Kota Palu, sebagai tempat pengkaderan pembentukan intelektual Muslim moderat. Mahasiswa baru dari tiga jalur pendaftaran itu, akan mendapat pembimbingan dan pembinaan, wawasan kebangsaan, Islam Moderat dengan konsep Islam Wasathiyah, Baca Tulis Alquran, dan pembinaan kebahasaan Inggris dan Arab.
"Setiap calon mahasiswa yang di nyatakan lulus dari setiap jalur pendaftaran dan telah membayar biaya uang kuliah tinggal berhak dan wajib mengikuti seluruh kegiatan pembinaan di Mahad Aljamiah, di Rusunawa IAIN Palu," katanya.
Selain kewajiban, kata Prof Sagaf Pettalongi, calon mahasiswa yang telah membayar UKT semester pertama, berhak untuk mengikuti kegiatan di Mahad Aljamiah, karena dari setiap biaya UKT ada dana Rp50 ribu/mahasiswa yang di gunakan untuk kegiatan pembinaan, peningkatan kreatifitas mahasiswa.
"Saya berharap agar calon mahasiswa yang telah membayar UKT mengikuti dengan baik kegiatan di Mahad Aljamiah," sebut dia.
Wakil Rektor Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga IAIN Palu Dr Abidin Djafar mengemukakan, IAIN Palu melibatkan guru-guru dari madrasyah aliyah, sekolah umum dan pondok pesantren dalam pembinaan mahasiswa di Mahad Aljamiah.
"Model pembinaan di Mahad Aljamiah merupakan pintu masuk pertama dalam proses pembentukan intelektual Muslim yang moderat. Di tahapan pertama ini, belum melibatkan dosen, melainkan melibatkan para guru dan tenaga pengajar dari pondok pesantren," sebut dia.
Langkah untuk melibatkan para guru dari madrasah dan sekolah umum serta pondok pesantren, sekaligus menjadi strategi untuk upaya peningkatan jumlah mahasiswa baru pada tahun 2020. Karena, para guru dan tenaga pengajar dari pondok pesantre, akan mengenal IAIN Palu sekaligus menyosialisasikan IAIN Palu kepada peserta didiknya baik di madrasah, sekolah umum atau pondok pesantren.
Setelah mengikuti tahapan pertama di Mahad Aljamiah, mahasiswa baru akan mengikuti model pembinaan dan pengkaderan pintu kedua yakni matrikulasi. Di tahapan kedua, mahasiswa baru akan di berhadapan dengan pembinaan dengan materi Islam Wasathiyah, teknik belajar di perguruan tinggi, kode etik mahasiswa dan wawasan kebangsaan, serta pembinaan bahasa asing Arab dan Inggris.Tenaga pengajar yang terlibat dalam tahapan kedua, keseluruhannya ialah dosen di internal IAIN Palu.
Selanjutnya, tahapan pembinaan ke-tiga, yakni Pengenalan Budaya Akademik Kampus (PBAK) yang terdiri dari pra-PBAK dan PBAK. Mahasiswa baru juga akan diisi dengan materi Islam Moderat dengan konsep Islam Wasathiyah, wawasan kebangsaan, penanaman nilai-nilai Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, serta pengenalan budaya akademik kampus.
"Di tahapan ke tiga ini, melibatkan mahasiswa dan dosen. Disini selain pembinaan, juga akan ada pengenalan organisasi internal kampus serta pengenalan budaya akademik lainnya," sebut Dr Abidin Djafar.
Tidak berhenti di tiga tahapan itu, sebut Abidin, setelah PBAK atau ormik, mahasiswa akan mengikuti proses perkuliahan yang mata kuliah dasar selama tiga semester juga memberi penguatan terhadap Islam moderat dan penanaman nilai-nilai kebangsaan, Pancasila. "Mata kuliah ini merupakan tindak lanjut dari visi rektor yang salah satunya yakni Islam moderat," ujar Abidin.
Ala Santri
Rusunawa IAIN Palu yang menjadi sebagai tempat Unit Pelaksana Teknis Mahad Aljamiah, dibangun Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), merupakan pesantrennya PTKIN IAIN Palu di Kelurahan Tipo Kecamatan Ulujadi, Palu Barat.
Sebelum masuk ke tahapan ke dua, matrikulasi, mahasiswa akan mengikuti pembinaan di pesantrennya IAIN Palu kurang lebih satu bulan penuh.
"Untuk tahap pertama ada 65 mahasiswa, selanjutnya di tahap ke dua akan ada sekitar 50 mahasiswa. Ini tidak hanya untuk mahasiswa jalur pendaftaran SPAN, tetapi mahasiswa jalur pendaftaran UMPTKIN dan Mandiri juga akan di bina di tempat ini," kata Kepala Bagian Akademik IAIN Palu H Abdul Wahab MPd,
.
Rusunawa IAIN Palu sebagai pesantren, maka metode ala pesantren sepenuhnya di terapkan dalam pembinaan kepada mahasiswa baru dalam rangka pembentukan intelektual Muslim.
"Mahasiswa wajib menggunakan sarung dan kopiah dalam mengikuti materi yang berlangsung di musholla atau di kelas bagi yang laki-laki, wajib menutup aurat bagi semua peserta, dan wajib sholat," ujar Wakil Rektor Bidang Akademik, Dr Abidin.
Baca juga: Mahad Aljamiah IAIN Palu jadi tempat pembentukan intelektual muslim
Baca juga: Wilayah terpencil Kabupaten Donggala sasaran KKN IAIN Palu
Pewarta: Muhammad Hajiji
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019