Organisasi Pangan Dunia (FAO) Perserikatan Bangsa Bangsa bersama lembaga terkait dan media mengikuti USAID-FAO Media Fellowship 2019 guna meningkatkan kesadaran ancaman tentang bahaya penyakit dari hewan ke manusia dan manusia ke hewan.Biosecurity 3-zona harus menjadi standar di peternakan ayam petelur dalam menghasilkan produksi yang maksimal dan bebas dari penyakit zoonosis
Kegiatan berlangsung selama tiga hari di Lampung, sejak Rabu (19/6) hingga Jumat (21/6) itu menjadi agenda program USAID dengan Unit Khusus FAO di bidang kesehatan hewan (FAO ECTAD) dalam proyek Emerging Pandemic Threat fase 2 (EPT-2) bersama Kementan, sebagai bagian dari upaya edukasi ancaman bahaya wabah penyakit zoonosis, PIB, dan AMR kepada masyarakat luas melalui media cetak, daring, dan televisi.
"Indonesia adalah salah satu kantung/hotspot penyakit zoonosis dan PIB di Kawasan Asia, terutama setelah merebaknya wabah Avian Influenza (AI)/flu burung pada tahun 2003, upaya terbaik yang harus terus dilakukan adalah pencegahan melalui penyebaran informasi yang bersifat masif, akurat, dan edukatif kepada masyarakat,” ujar Direktur Kesehatan Hewan Kementan Fadjar Sumping Tjatur Rasa di Bandarlampung, Rabu.
Ia menjelaskan pemberitaan melalui media, baik cetak, daring, maupun televisi salah satu cara yang terbukti efektif mengedukasi masyarakat tentang bahaya penyakit zoonosis, penyakit infeksi berulang/PIB, dan AMR (Resistensi Anti Mikroba).
Dipilihnya Lampung sebagai tempat penyelenggaraan USAID-FAO Media Fellowship II karena prestasi yang ditorehkan PPN Lampung dalam penerapan biosecurity 3-zona pada sebagian besar peternakan ayam petelur untuk mencegah penyebaran virus flu burung sekaligus meningkatkan produksi telur rerata 10 persen per bulan.
"Peternak ayam petelur (layer) di Lampung memiliki kesadaran yang tinggi untuk mencegah menyebarnya virus atau penyakit yang berasal dari unggas, yaitu dengan menerapkan biosecurity 3-zona secara ketat di peternakan," kata Ketua PPN Lampung Jenni Soelistiani.
Selain itu, beberapa peternakan ayam petelur unggulan Lampung mendapatkan sertifikat NKV (Nomor Kandang Veteriner) --dikeluarkan Dinas Perkebunan dan Dinas Kesehatan Hewan Provinsi Lampung, menegaskan bahwa proses produksi telur telah melewati standar proses produksi yang hiegenis, berkualitas tinggi, dan siap ekspor.
Sertifikat NKV (Nomor Kontrol Veteriner) yang dikeluarkan Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Lampung menegaskan bahwa proses produksi telur telah memenuhi standar higienis dan sanitasi, berkualitas tinggi, bebas dari residu antibiotik, dan siap ekspor.
Jenni menambahkan dukungan dari Badan Bantuan Pembangunan Internasional Amerika Serikat/United States Agency for International Development (USAID), FAO ECTAD EPT-2 dan peternak ayam petelur telah membuktikan bahwa intervensi biosecurity terbukti efektif dan murah dalam mencegah ancaman munculnya virus flu burung di peternakan ayam.
FAO EPT-2 Chief Technical Adviser,Luuk Schoonman, mengatakan hasil kajian FAO mendapati bahwa penerapan biosecurity 3-zona di peternakan ayam petelur akan mengurangi secara signifikan penggunaan antibiotik 40 persen dan desinfektan 30 persen.
"Biosecurity 3-zona harus menjadi standar di peternakan ayam petelur dalam menghasilkan produksi yang maksimal dan bebas dari penyakit zoonosis khususnya virus flu burung," katanya.
USAID-FAO Media Fellowship II mengangkat tema "Tantangan Baru dalam Penanganan Zoonosis, PIB), dan AMR di Indonesia".
Kegiatan itu melibatkan mentor jurnalistik senior dari Kantor Berita Antara Jakarta yang diikuti 16 peserta media cetak, daring, dan televisi.
Dari 16 peserta akan dipilih delapan finalis penerima dana pembinaan "media fellowship" untuk menulis pemberitaan secara mendalam dan akan dipilih tiga terbaik dari masing-masing kategori dengan hadiah berupa uang tunai dari panitia penyelenggara.
Baca juga: 20 persen produksi telur Lampung dipasarkan ke Jakarta
Baca juga: FAO akui upaya Kementerian Pertanian untuk kendalikan flu burung
Pewarta: Agus Wira Sukarta
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2019