"Kalau untuk bagian hilir SKM air masih penuh karena kondisi Sungai Mahakam juga masih pasang, sedangkan bagian tengah hingga hulu SKM meluap karena kiriman dari hulu," ujar Misman, Pemerhati Sungai Karang Mumus (SKM) di Samarinda, Rabu.
Sejumlah sub daerah aliran sungai (subdas) yang memberikan kontribusi terhadap naiknya air hingga kembali membanjiri sejumlah kawasan di Samarinda itu antara lain dari rawa panjang area Bandara APT Pranoto.
Kemudian rawa-rawa yang ada di Desa Sungai Bawang, Kecamatan Muara Badak yang lokasinya di hulu Bandara APT Pranoto, apalagi bandara tersebut dulunya juga rawa yang diuruk, sehingga tidak ada lagi resapan air di kawasan itu yang kemudian langsung mengalir ke Samarinda.
Misman yang juga tergabung dalam relawan penolong korban banjir untuk mendistribusikan makanan, bahan pangan, dan obat-obatan dari Posko Hamur Keinan GMSS-SKM di Jl. Pemuda ini, mengingatkan warga terus waspada banjir.
"Meski banjir mulai surut, namun kita jangan lengah karena curah hujan masih tinggi, bahkan hari ini juga hujan deras yang tentunya akan memicu naiknya debet air, belum lagi kemungkinan adanya kiriman susulan dari kawasan hulu SKM maupun hulu Mahakam," katanya.
Berdasarkan pantauan, di Jl. Pemuda dan sekitarnya yang sebelumnya airnya terus menurun, namun Rabu ini mengalami kenaikan sekitar 5 cm, sementara di kawasan Bengkuring debet air naik sekitar 10 cm.
Terkait dengan itu, Komunitas Gerakan Memungut Sehelai Sampah Sungai Karang Mumus (GMSS-SKM) batal menutup posko penanganan banjir yang selama ini menumpang di rumah Hermanto, mantan Sekretaris Kota Samarinda karena banjir belum benar-benar surut.
"Sampai hari ini para relawan GMSS-SKM masih menyalurkan bantuan untuk korban. Kalau sepekan lalu konsentrasi bantuan diarahkan ke kawasan Jl. Pemuda hingga bantaran SKM, namun mulai kemarin hingga hari ini bantuan kemanusiaan ini diarahkan ke Bengkuring. Bantuan tersebut berasal dari berbagai donatur," katanya.*
Baca juga: Relawan masih bantu korban banjir Samarinda
Baca juga: Tim medis: Warga waspadai penyakit pascabanjir
Pewarta: M.Ghofar
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019