• Beranda
  • Berita
  • Air gambut mulai turun, Kepala BRG minta Karhutla diwaspadai

Air gambut mulai turun, Kepala BRG minta Karhutla diwaspadai

19 Juni 2019 20:47 WIB
Air gambut mulai turun, Kepala BRG minta Karhutla diwaspadai
Kepala Badan Restorasi Gambut (BRG) Nazir Foead saat menjawab pertanyaan wartawan usai diskusi media dan LSM terkait Sistem Pemantauan Air Eksistem Gambut di Jakarta, Rabu (19/6/2019). (ANTARA/Virna P Setyorini)

Jika terjadi kebakaran mungkin nanti akan dilibatkan Dana Reboisasi, cukup besar bisa ratusan miliar rupiah

Kepala Badan Restorasi Gambut (BRG) Nazir Foead menyebut hasil Sistem Pemantauan Air Lahan Gambut (Sipalaga) menunjukkan tinggi muka air di lahan gambut mulai turun karenanya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) harus diwaspadai.

“Sipalaga sudah ada 142 unit di enam provinsi. Hasil pemantauan dari 18 Mei sampai 18 Juni menunjukkan di awal Mei tinggi muka air di lahan gambut masih agak banjir, namun di akhir Mei turun mendekati 0,4 meter,” kata Nazir dalam diskusi media dan LSM terkait Sistem Pemantauan Restorasi Ekosistem Gambut di Jakarta, Rabu.

Drop muka air lahan gambut semakin tajam jadi karhutla harus di waspadai dan sekat kanal yang sudah dibangun 2-3 tahun terakhir harus dicek apakah optimal, lanjutnya.

Sebelumnya ia mengatakan cuaca ekstrem harus diwaspadai memasuki kemarau tahun ini. Pembangunan sekat kanal belum dilakukan di seluruh areal yang rentan terbakar, karenanya langkah pencegahan karhutla harus lebih baik.

Sekda Kalimantan Tengah Fahrizal Fitri usai diskusi mengatakan anggaran restorasi gambut Kalimantan Tengah di 2019 mencapai Rp41 miliar, yang digunakan untuk pembasahan lahan gambut, revegetasi dan revitalisasi penghidupan masyarakat.

Menurut Fahrizal yang juga merupakan Ketua Tim Restorasi Gambut Daerah (TRGD) Kalteng, untuk mengantisipasi terjadinya karhutla mereka lebih fokus melakukan upaya pencegahan.

Jikalau ada area kawasan hutan yang terbakar dan harus segera direstorasi agar tidak memicu kathutla lainnya namun tidak masuk dalam prioritas restorasi di 2019.

Ia mengatakan upaya pembasahan lahan gambut berupa pembangunan sekat kanal dapat dilakukan dengan Dana Reboisasi.

“Jika terjadi kebakaran secara berjenjang mungkin nanti akan dilibatkan Dana Reboisasi, apabila dalam kawasan hutan. Kita ada Dana Reboisasi cukup besar bisa ratusan miliar (rupiah),” katanya.

Luas area gambut Kalteng yang terbakar di 2015 dan harus direstorasi mencapai 583.000 hektare (ha).

Fahrizal mengatakan di 2018 sudah terbangun sekitar 1.250 sekat kanal dan 3.200 sumur bor untuk pembasahan lahan gambut yang harus direstorasi tersebut.

Namun untuk jumlah sekat kanal dan sumur bor yang harus dibangun di 2019 saat ini belum diketahui karena masih dalam direvisi, ujarnya.



Baca juga: BRG kejar restorasi 400 ribu hektare lahan gambut
 Baca juga: BRG mulai supervisi restorasi gambut 16 perusahaan

Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019