Sosok pria yang berpostur tinggi tersebut adalah putra Lhokseumawe yang kini dipercayakan menjadi komandan kapal perang di jajaran Komando Armada I TNI Angkatan Laut.
Persinggahannya di pelabuhan daerah tersebut adalah untuk mengisi bekal ulang dalam misi melaksanakan patroli keamanan di perairan Selat Malaka, juga menjadi bagian “Saweu Gampong” (menjenguk kampung halaman).
“Kebetulan kemari untuk mengisi bekal ulang selama melaksanakan tugas di laut juga merasa senang karena dapat menjenguk kampung halaman,” ungkap Mayor Laut (P) Ricky Intriadi, Sabtu.
Perwira TNI AL kelahiran Lhokseumawe 6 Agustus 1980 tersebut, merupakan lulusan Akademi Angkatan Laut tahun 2002. Sebelum meniti karir di TNI Angkatan Laut, Ricky panggilan akrab pria tersebut, semua pendidikannya mulai dari SD hingga SMA dijalaninya di Taman Siswa PT. Arun.
“Semua jenjang pendidikan mulai dari SD hingga SMA saya jalani di sini, begitu selesai SMA, menjalani pendidikan di AAL dan lulus tahun 2002. Jadi sebelumnya, saya menghabiskan waktu pendidikan di Lhokseumawe,” katanya lagi.
Pria yang kini dikarunia Tiga orang putra tersebut, mengaku sangat mencintai maritim yang kini telah menjadi bagian dari hidupnya.
Baginya laut merupakan anugerah terbesar bangsa Indonesia yang harus dirawat dan dijaga serta sebagai simbol kedaulatan bangsa dan negara.
Apalagi, Aceh yang merupakan kawasan terdepan gugusan kepulauan nusantara memiliki garis pantai yang panjang dengan laut yang luas, adalah suatu potensi yang besar yang harus dijaga dan dirawat.
Namun, seperti disebutkan olehnya, meski memiliki garis pantai yang panjang di seluruh pesisirnya, minat generasi muda Aceh yang terlibat langsung di bidang kemaritiman masih sedikit jumlahnya.
Oleh karena itu, dirinya sangat menginginkan agar generasi muda Aceh terlibat aktif dan menjadi bagian dari komponen kemaritiman. Baik sebagai anggota TNI AL dan juga terlibat di berbagai kedinasan kemaritiman lainnya.
Untuk menumbuh kembang minat generasi muda Aceh di bidang kemaritiman, dirinya melakukan Open Shift bagi masyarakat yang ingin melihat suasana di kapal KRI Siwar 646.
“Dengan adanya open shift ini kita harapkan, dapat lebih memotivasi lagi minat generasi muda terhadap maritim dan TNI AL khususnya. Dimana mereka dapat melihat-lihat langsung suasana di atas kapal sehingga akan berpengaruh terhadap kecintaannya kepada dunia bahari,” katanya lagi.
Ricky menyatakan dunia bahari tidak bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat Aceh, karena secara historis sejak dulu Aceh dikenal dengan kehebatan pelautnya. Bahkan laksamana pertama perempuan di dunia adalah berasal dari Aceh yang dikenal dengan Laksamana Malahayati.
“Secara historis pelaut-pelaut Aceh dulu sangat dikenal karena kemampuannya dalam mengarungi lautan dan menjaga kedaulatan di laut. Pengalaman sejarah itu harus menjadi motivasi bagi generasi muda Aceh untuk lebih mencintai laut,” kata Ricky.
Berkaca dari sejarah, melihat masa depan, lautan adalah sebuah harapan. Disana banyak potensi yang tersimpan yang masih harus terus digali baik di dalamnya hingga ke dasarnya tersimpan kekayaan yang besar.
“Laut kita begitu luas dan tersimpan banyak kekayaan di dalamnya. Oleh karena itu, kewajiban kita semua untuk menjaganya dan generasi muda harus ditanamkan kecintaan terhadap bahari sejak dini,” kata Komandan KRI Siwar 646.*
Baca juga: Tiga kapal cepat berudal perkuat Perairan Kepri
Pewarta: Mukhlis
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019