"Dari sisi konsep timbungan ini artinya memperlihatkan konsep makanan zaman dulu, saat tidak ada oven melainkan menggunakan baking dengan timbungan karena menggunakan metode cooking dry moist heat, dan bisa diisi apa saja, hari ini ada seafood, sapi, babi, ayam, dan dikombinasikan dengan lele dan tuna," kata Ketua Badan Pengurus Cabang Tabanan, Indonesian Chief Association (ICA), Chef Wayan Bagiana, Sabtu.
Timbungan, berasal dari kata "embung" atau "timbung" yang artinya bambu muda.
Timbungan adalah proses mengawetkan makanan dengan cara memasukkan makanan ke dalam bumbung atau bambu.
Baca juga: Menu khas Bali saat Galungan
Chef Wayan menambahkan dalam pembuatannya juga menambahkan bumbu timbungan dengan dasarnya dari bumbu basa genep yakni racikan bumbu utama khas Bali. Selain itu juga, terdapat tambahan rempah - rempah berupa daun salam, tomat, kesaru, sama sereh, setelah itu dimasukkan ke dalam bambu dan dibakar hingga matang. Waktu pembuatannya hingga siap disajikan sekitar 50 menit, sudah siap disantap oleh pengunjung.
Nantinya, timbungan akan menjadi Ikon dari kuliner yang ada di Kabupaten Tabanan.
Timbungan yang sudah diisi dengan makanan olahan hasil laut yang dicampur dengan bahan daging lainnya disajikan dalam timbungan sepanjang 50m. Sebelumnya, timbungan dirakit memanjang dan banyak masyarakat bisa ikut bersama - sama menikmati makanan khas ini.
"Bambu sudah banyak yang pakai untuk mempresentasikan makanan, teknik yang digunakan itu bambu dipotong agak pendek, bisa juga digrill, persis dibuat seperti home made sedangkan kalau yang ada di Hotel bentuknya modern.
Dari bambu akan memberi aroma dan rasa yang "Nyangleh" apalagi ada daun pisang akan memberi aroma di dalamnya," jelasnya.
Baca juga: Sajian otentik Bali-Lombok di jantung kota Jakarta
Pewarta: Ayu Khania Pranishita
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2019