• Beranda
  • Berita
  • Darmin sebut tantangan ekonomi adalah defisit neraca perdagangan

Darmin sebut tantangan ekonomi adalah defisit neraca perdagangan

26 Juni 2019 23:12 WIB
Darmin sebut tantangan ekonomi adalah defisit neraca perdagangan
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution saat mengisi acara DBS Asian Insights bertajuk "Indonesia: Looking Ahead Post Election" di Jakarta, Rabu malam (26/6/2019). (Humas Kemenko Perekonomian)

Walaupun neraca perdagangan defisit, optimisme investor masih tinggi

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyebutkan salah satu tantangan ekonomi nasional saat ini adalah neraca perdagangan yang masih mengalami defisit.

"Walaupun neraca perdagangan defisit, optimisme investor masih tinggi," kata Darmin dalam pernyataan yang diterima di Jakarta, Rabu malam.

Darmin mengatakan salah satu penyebab defisit neraca perdagangan tersebut adalah ketidakpastian global yang masih tinggi, terutama dari potensi perang dagang.

Badan Pusat Statistik (BPS) juga mencatat neraca perdagangan secara kumulatif Januari-Mei 2019 mengalami defisit sebesar 2,14 miliar dolar AS.

Namun, neraca perdagangan nasional pada Mei 2019 mengalami surplus 0,21 miliar dolar AS karena kinerja positif dari ekspor nonmigas.
Baca juga: Diprediksi defisit, neraca perdagangan Mei surplus 0,21 miliar dolar

Meski demikian, kinerja ekonomi secara keseluruhan memperlihatkan tanda-tanda yang positif karena mampu tumbuh 5,07 persen hingga triwulan I-2019 yang diimbangi dengan laju inflasi 3,23 persen.

"Kondisi tersebut disertai dengan tingkat indikator sosial seperti tingkat kemiskinan, pengangguran dan rasio gini yang persisten menurun," kata Darmin.

Selain itu, ujar dia, pelaku usaha menilai iklim investasi di Indonesia makin baik seiring dengan perbaikan peringkat daya saing serta peringkat utang Indonesia.

"Hal ini tercermin dari peningkatan credit rating oleh lembaga-lembaga pemeringkat rating. Indonesia sudah memasuki Investment Grade," ujarnya.

Kondisi layak investasi itu terjadi berkat peningkatan efisiensi di sektor pemerintahan serta peningkatan infrastruktur dan kondisi bisnis.

Selain itu, hal ini terbantu oleh perbaikan iklim usaha melalui sistem OSS dan simplifikasi perizinan lainnya, pendidikan dan pelatihan vokasi, fasilitas insentif perpajakan, serta industri berbasis ekspor.

Baca juga: Pemerintah perlu perbanyak insentif untuk tumbuhkan industri
Baca juga: Agresifitas FTA dinilai bukan solusi memperbaiki neraca perdagangan

Pewarta: Satyagraha
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2019