"Dalam politik di Indonesia rekonsiliasi selalu terjadi karena tidak bisa menghindar," kata Mahfud di sela Simposium Nasional Hukum Tata Negara yang digelar oleh Universitas Islam Indonesia (UII) di Sleman, DIY, Sabtu.
Baca juga: Wapres JK: Rekonsiliasi lebih mudah dilakukan setelah putusan MK
Baca juga: Gus Sholah anjurkan percepat rekonsiliasi
Baca juga: Ansor dukung upaya rekonsiliasi Jokowi dan Prabowo
Sesuai budaya politik di Indonesia, menurut Mahfud, tidak mungkin antarparpol bermusuhan selamanya. Karena itu, ia berharap para pendukung di akar rumput tidak terlalu berlebihan membela para calon yang didukung karena pada akhirnya mereka akan bersatu.
"Saya sejak dulu berharap rakyat itu di bawah tidak usah terlalu panas membela salah satunya. Membela ya membela tetapi kalau sampai panas gitu nanti kecewa sendiri karena toh pada akhirnya yang dibela sama saja akan bersatu," kata dia.
Mahfud menilai persatuan atau upaya pendekatan antarpartai politik pascaputusan MK patut disyukuri. Meski demikian, masih diperlukan pendekatan langsung untuk kalangan masyarakat dengan menegaskan bahwa seluruh proses sengketa pemilu di MK telah usai.
"Sudah selesai tidak ada lagi musuh karena pemilu itu bukan untuk membangun musuh tetapi mencari pemimpin dan sesudah pemimpin terpilih ya diterima bersama," kata dia.
Ia berharap para pemimpin yang terpilih pada Pemilu 2019 mulai berpaling meninggalkan berbagai kegaduhan politik yang berkaitan dengan pilpres dan mulai berkonsentrasi memperkuat pemberantasan korupsi di Indonesia.
"Urusan ribut-ribut politik sudah selesai, tinggal bagaimana agar para pemimpin terpilih di DPR maupun yang dieksekutif memperkuat gerakan pemberantasan korupsi," kata Mahfud.
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2019