"Ada dua kiat agar investasi bisa berhasil di Indonesia," katanya di Beijing, Senin.
Pertama, menurut Dubes, para investor harus bisa memahami perbedaan antara China dengan Indonesia agar lebih mudah beradaptasi.
"Kedua, belilah batik sebagai bentuk apresiasi terhadap budaya lokal," kata mantan Dubes RI untuk Rusia itu.
Sebelumnya Djauhari menghadiri forum pertemuan kerja sama Indonesia-China dalam bidang tekfin dan ekonomi digital yang diselenggarakan oleh Momentum Works di Shanghai.
Baca juga: Dua perusahaan rintisan Indonesia unjuk potensi di China
Dia merekomendasikan para investor dan pengusaha bidang tekfin China untuk terus berinovasi, berinvestasi pada infrastruktur digital, berpartisipasi dalam bidang perbankan dan keuangan syariah yang belum tergarap secara maksimal di Indonesia.
"Teknologi digital dan finansial akan berperan sangat penting sehingga dibutuhkan kerja sama yang erat," ujarnya.
Dengan populasi yang diperkirakan mencapai 270 juta jiwa dan pendapatan per kapita lebih dari 4.000 dolar AS, Djauhari mengutip data MW 2019 Indonesia Fintech bahwa penetrasi perbankan nasional hanya 50 persen dan kepemilikan kartu kredit kurang dari 5 persen.
Hal tersebut menunjukkan pasar teknologi finansial di Indonesia masih sangat terbuka lebar.
"Gojek telah membangun GoPay sebagai salah satu pemain teknologi finansial utama di Indonesia, demikian pula dengan OVO," katanya.
Pertemuan tersebut dihadiri oleh 150 investor dan praktisi industri, termasuk 40 perusahaan tekfin dari Indonesia.
Baca juga: Investor China tertarik berinvestasi senilai 50 juta dolar di Bintan
Baca juga: PT KBN Persero datangkan 21 investor China ke Takalar
Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2019