Pemerintah berupaya mengantisipasi mewabahnya serangan penyakit Gugur Daun Karet (GDK) yang menyebabkan produksi karet di tingkat petani mengalami penurunan akibat jamur Pestalotiopsis sp pada penyakit tersebut.Komunitas karet internasional menaruh perhatian besar terhadap perkembangan penyakit ini sehingga kerja sama internasional untuk menanganinya akan terus ditingkatkan
Direktur Riset dan Pengembangan PT Riset Perkebunan Nusantara (RPN), Gede Wibawa menerangkan, penyakit ini awalnya ditemukan di Malaysia, kemudian berkembang di wilayah sentra karet Indonesia. Penyakit ini berpotensi untuk mewabah jika tidak segera ditangani dengan cepat dan tepat.
"Komunitas karet internasional menaruh perhatian besar terhadap perkembangan penyakit ini sehingga kerja sama internasional untuk menanganinya akan terus ditingkatkan," kata Gede di Jakarta, Senin.
Ada pun penyakit GDK saat ini sudah tersebar di sentra karet wilayah Sumatera dan Kalimantan.
Berkembangnya penyakit ini diperkirakan karena kurangnya pemeliharaan kebun karet utamanya karena tanaman tidak dipupuk sebagai konsekuensi dari rendahnya harga karet yang cukup lama.
Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Musdhalifah Machmud mengatakan harga karet mengalami peningkatan sejak Januari 2019. Saat ini, harga karet TSR 20 di tingkat internasional berada di atas 1,4 dolar AS per kg.
"Namun demikian petani pekebun belum mampu secara optimal merawat kebun dengan baik," kata Musdhalifah.
Oleh karena itu, sebagai upaya antisipasi mewabahnya GDK, Pusat Penelitian Karet PT RPN merekomendasikan solusi, salah satunya adalah agar petani melakukan pemupukan ekstra 25 persen Nitrogen untuk membantu pembentukan daun baru.
Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, Kasdi Subagyono menjelaskan pihaknya akan melakukan beberapa upaya antara lain: bantuan fungisida (bersama pemerintah daerah), memberikan bimbingan teknik pengendalian penyakit kepada petugas dan petani pekebun, serta memberikan pengawalan kepada petani pekebun dalam rangka pemeliharaan kebun dan pengendalian penyakit tersebut.
Indonesia memiliki perkebunan karet yang sangat luas mencapai 3,66 juta ha pada tahun 2017. Luasan tersebut memberikan kontribusi produksi sebesar 3,68 juta ton dan produktivitas 1,19 ton/ha.
Perkebunan karet Indonesia masih didominasi oleh perkebunan rakyat (85 persen) dan menciptakan lapangan kerja bagi 2,5 juta KK dengan rata-rata luas kepemilikan sekitar 1,25 ha. Karet merupakan salah satu andalan ekspor yang berkontribusi besar terhadap devisa negara. Volume ekspornya mencapai 2,99 juta ton dengan nilai 5,10 miliar dolar AS.
Baca juga: Penyakit gugur daun papar perkebunan karet Indonesia
Baca juga: Gugur daun membuat produksi karet Sumut diprediksi turun 50 persen
Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2019