Jumlah korban jiwa itu adalah yang paling banyak yang dilaporkan akibat serangan udara atau pengeboman sejak pasukan Libya Timur, yang setia kepada Khalifa Haftar, tiga bulan lalu melancarkan serangan pasukan darat dan pesawat untuk merebut ibu kota Libya, yang dikuasai oleh pemerintah yang diakui masyarakat internasional.
Konflik itu adalah bagian dari kekacauan di negara penghasil minyak dan gas tersebut sejak Muammar Gaddafi pada 2011 digulingkan dengan dukungan NATO (Pakta Pertahanan Atlantik Utara).
Malek Mersek, Juru Bicara Dinas Layanan Darurat Medis, mengatakan 40 orang tewas dan 80 orang lagi cedera dalam serangan ke pusat penahanan itu di pinggir Tajoura, yang berada di sebelah kamp militer.
Pemerintah yang berpusat di Tripoli mengatakan di dalam satu pernyataan bahwa puluhan orang tewas dan cedera dalam satu serangan udara, yang dituduh dilakukan oleh "penjahat perang Khalifa Haftar".
Gambar yang disiarkan memperlihatkan migran Afrika sedang menjalani operasi di satu rumah sakit setelah serangan tersebut. Beberapa migran lagi tergeletak di ranjang, sebagian berlumur debu atau bagian tubuh dibalut perban.
Libya adalah tempat keberangkatan utama bagi migran dari Afrika yang ingin menyelamatkan diri dari kemiskinan dan perang serta berusaha mencapai Italia dengan naik perahu. Tapi, banyak migran ditangkap oleh penjaga pantai Libya dengan dukungan dari Uni Eropa, yang ingin menghentikan arus migran.
Ribuan migran ditahan di berbagai pusat penahanan yang dioperasikan oleh pemerintah di Libya Barat dalam apa yang dikatakan oleh kelompok hak asasi manusia dan PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa) dalam kondisi yang seringkali tidak manusiawi.
Sumber: Reuters
Baca juga: Penjaga pantai Libya selamatkan 290 migran dari lepas pantai Tripoli
Baca juga: 325 migran dievakuasi saat perang mencapai Tripoli
Pewarta: Chaidar Abdullah
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2019