Pengamat kelistrikan Fabby Tumiwa mengatakan bahwa realisasi pembangkit listrik tenaga air (PLTA) di Indonesia kurang dari 10 persen dari potensi yang sebesar 75 gigawatt.Di Indonesia kita punya potensi besar 75 gigawatt menurut Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, sedangkan kapasitas terpasang baru 5 gigawatt.
"Di Indonesia kita punya potensi besar 75 gigawatt menurut Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, sedangkan kapasitas terpasang baru 5 gigawatt," kata Fabby dalam bincang tentang PLTA Batang Toru, Jakarta, Rabu.
Dia mengatakan PLTA di Indonesia tidak beroperasi 24 jam, hanya beberapa jama, dipakai untuk menampung air dan dipakai pada malam hari.
Baca juga: NSHE: Pembangunan PLTA Batang Toru capai 11 persen
Dia mengatakan potensi pembangunan PLTA di Kalimantan, sejumlah daerah di Sumatera, dan Papua, masih sangat besar, dan perlu diekplorasi lebih lanjut untuk mengejar target untuk mencapai target pembangunan pembangkit Listrik 35.000 megawatt.
"Antara kapasitas dan potensi masih banyak yang bisa dimanfaatkan. PLTA sebagian besar di Jawa," tuturnya.
PLTA juga akan membantu untuk pemenuhan kebutuhan listrik terutama sumber listrik murah dan konsisten, khususnya untuk industri seperti industri pengolahan. Jika dipelihara dengan baik, PLTA bisa bertahan hingga 50 tahun.
"Sangat tepat dikaitkan dengan industri yang butuh energi besar dan murah misal industri pengolahan seperti smelter butuh listrik banyak tapi murah," tuturnya.
Baca juga: PLTA Batang Toru kurangi emisi karbon 1,6 juta ton
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2019