"Kelihatannya tampak indah dan prospektif, tetapi sesungguhnya jalannya tidak mudah, terjal dan penuh tantangan," kata Surokim kepada ANTARA di Surabaya, Kamis.
Menurut dia, Kota Surabaya merupakan kota metropolitan yang kompleks, dinamis dan heterogen. Pertumbuhan pemilih rasional juga kian signifikan.
Baca juga: Wabup Lamongan jajaki kemungkinan maju Pilkada Surabaya 2020
Namun, lanjut dia, dalam pilkada, figur amat menentukan dan memberi sumbangsih porsi yang paling banyak. Jika figurnya belum banyak beredar dan memiliki portofolio publik tentu lebih berat dan jalannya lebih terjal. Belum lagi meyakinkan kepada partai pengusung.
"Sesungguhnya menurut saya Surabaya ini butuh calon-calon yang tidak biasa-biasa saja butuh calon calon dengan kemampuan daya kejut yang wow," ujar Peneliti Surabaya Survey Center (SSC) ini.
Baca juga: Mantan vokalis Boomerang Roy dapat dukungan maju Pilkada Surabaya
Apalagi, lanjut dia, jika melihat hasil Pemilu Legislatif 2019, maka mengandalkan basis kekuatan basis tradisional saja rasanya tidak cukup.
Memang sejauh ini, lanjut dia, jika melihat perolehan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) untuk tolok ukur kekuatan pemilih "strong voters" (solid) Nahdlatul Ulama (NU) di Surabaya relatif stagnan dan masih kalah jauh dengan kalangan nasionalis seperti Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
Begitu juga Partai Amanat Nasional (PAN) sebegai kekuatan pemilih "strong voters" Muhammadiyah
juga hasilnya juga belum memuaskan. "Itu pun calon-calon belum tentu mendapat respons dari struktural PKB dan PAN," ujarnya.
Jika memang serius, kata dia, maka upaya yang harus dilakukan adalah terlebih dulu meyakinkan PKB dan PAN di Surabaya. Jika itu sudah bisa didapat, maka selanjutnya bagaimana menciptakan efek kejut tadi.
"Usaha untuk memasangkan kekuatan NU dan Muhammadiyah sekali lagi tidak mudah untuk memenangkan kontes di Surabaya," katanya.
Untuk itu, kata dia, butuh calon-calon petarung yang punya daya kejut luar biasa untuk bisa bersaing dengan calon-calon yang sudah ada. Memasangkan figur dari ormas NU dan Muhammadiyah kelihatannya gemerlap tapi sesungguhnya jalannya terjal jika berasal dari generasi x.
Saat ditanya bagaimana dengan figur Ketua PCNU Surabaya Muhibbin Zuhri dan Ketua PD Muhammadiyah Mahsun Jayadi, ia menyarankan agar NU dan Muhammadiyah lebih baik mengambil tokoh muda berkualitas nasional.
"Menurut saya tanpa mengurangi rasa hormat kepada beliau-beliau rasanya untuk menghadirkan daya kejut itu agak berat. Kandidat di usia beliau relatif sudah banyak yang berlari kencang," katanya.
Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2019