"Antisipasi kekeringan yang dapat dilakukan oleh masyarakat bijak dalam penggunaan air bersih, lebih hemat dan cermat," kata Kepala Staf Sub Bidang Analisis Informasi Iklim BMKG Pusat, Adi Ripaldi kepada ANTARA di Jakarta, Kamis.
Menurut Ripaldi, kemarau di wilayah DKI Jakarta telah dimulai dari bulan Mei dan akan memasuki puncaknya pada bulan September hingga Oktober.
Hasil monitoring Hari tanpa hujan (HTH) wilayah DKI Jakarta sebagian besar wilayah mengalami HTH kriteria panjang yakni 21 sampai 30 hari.
Baru dua wilayah yang termonitor berstatus siaga karena HTH sangat panjang yakni 31 sampai 60 hari tidak ada hujan yakni Rawa Badak dan Rorotan.
Baca juga: BMKG : DKI Jakarta bersiap hadapi kekeringan
Monitoring HTH dilakukan untuk mengetahui wilayah mana saja yang tidak mengalami hujan terhitung sejak April.
"Jika 21 sampai 30 hari tidak ada hujan, artinya dari sisi suplai air (curah hujan) sudah sangat berkurang, kalau dampak lanjutannya bisa bermacam-macam, tergantung permasalahannya," kata Ripaldi.
Menurut Ripaldi, jika warga menggunakan air sumur, dengan periode ini maka sumur tersebut terancam kekeringan, mengingat sudah sebulan tidak turun hujan.
Hujan lokal yang diprediksi terjadi di beberapa wilayah hari ini, juga tidak turun secara signifikan, sehingga belum terhitung hujan.
Baca juga: LIPI mengimbau agar hindari day zero di Jakarta sejak dini
Ripaldi mengatakan periode kemarau di DKI Jakarta belum selesai sehingga masyarakat diimbau waspada. Kemaru ini belum terlalu berdampak karena wilayah Jakarta bukan sentra pertanian, sebagian besar warga Jakarta menggunakan air PDAM. Tetapi kemarau juga bisa mempengaruhi pasokan air baku perusahaan air minum yang sebagian besar sumber air memanfaatkan air dari atas (hujan).
Menurut dia, perlu juga dilakukan antisipasi seperti yang dilakukan oleh Australia yang mengimbau warganya tidak boleh mencuci mobil selama musim kemarau ekstrim terjadi.
"Barang kali gerakan ini juga bisa dilakukan. Kebutuhan air yang lain cermat betul," kata Ripaldi.
Baca juga: Warga Pegadungan cuci baju di kali akibat kemarau
Pewarta: Laily Rahmawaty
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2019