"Sebetulnya bisa, tetapi untuk sementara belum tepat kalau mengambil birokrat sebagai orang nomor satu di Surabaya, seandainya posisi nomor dua kemungkinan bisa," kata Agus Machfud Fauzi kepada ANTARA di Surabaya, Jumat.
Menurut dia, birokrat perlu belajar menjadi pemimpin di kota Surabaya sebagai wakil terlebih dahulu. Sekaligus sebagai persiapan seorang birokrat yang biasa sebagai pelaksana kebijakan berubah menjadi pengambil atau pembuat kebijakan.
Baca juga: M. Machmud punya modal elektoral maju Pilkada Surabaya 2020
Baca juga: Cawali Surabaya Independen Sholeh targetkan 135 ribu KTP empat bulan
Baca juga: Memasangkan tokoh NU-Muhammadiyah di Pilkada Surabaya 2020 tidak mudah
Saat ditanya bagaimana dengan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini yang sebelumnya mengawali karirnya sebagai birokrat, Agus mengatakan untuk Risma berbeda karena sebelum menjadi wali kota, Risma sudah punya kemampuan untuk menjadi seorang pemimpin dalam mengambil dan memutuskan kebijakan.
"Sebagai orang nomor satu, seni memimpin perlu punya, sense pemimpin harus dimiliki. Bu Risma sebelum menjadi wali kota, sudah mempunyai brand, berbeda dengan mereka," katanya.
Saat ditanya mengenai adanya dua birokrat di Pemkot Surabaya yang digadang-gadang maju Pilkada Surabaya, yakni Hendro Gunawan (Sekretaris Kota Surabaya) dan Eri Cahyadi (Kepala Badan Perencanaan Kota Surabaya), Agus mengatakan keduanya belum punya kemampuan seperti yang dimiliki Risma.
"Kekurangannya adalah kemampuan mengambil kebijakan," kata Sekretaris Umum Majelis Wilayah Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (Kahmi) Jatim ini.
Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2019