Upaya petani Banten mengantisipasi kekeringan

6 Juli 2019 16:47 WIB
Upaya petani Banten mengantisipasi  kekeringan
Padi yang gagal panen akibat kekeringan di Desa Ketapang, Lebak, Banten, Kamis (27/6/2019). (ANTARA FOTO/MUHAMMAD BAGUS KHOIRUNAS)

Dengan pola bergiliran itu jika musim kemarau tidak menimbulkan gagal panen

Seluas 9.000 hektare sawah mengalami kekeringan di Provinsi Banten, dengan paling luas berada di kabupaten Lebak, disusul Pandeglang dan Kabupaten Serang.

"Kita terus berupaya mengantisipasi angka kekeringan tanaman padi di Banten yang saat ini angkanya sudah mencapai sekitar 9 ribu hektare," kata Kepala Dinas Pertanian Provinsi Banten, Agus M Tauchid di Serang, Sabtu.

Dinas Pertanian (Distan) Provinsi Banten mengimbau para petani yang masih dalam proses pengolahan sawah atau lahan agar mempercepat pola tanam padi untuk mengantisipasi kekeringan memasuki musim kemarau.

"Meskipun ada yang terkena kekeringan, kami yakinkan tidak akan berpengaruh terhadap ketahanan pangan di Banten. Walaupun berpengaruh kami yakin masih di bawah lima persen," tambahnya.

Ia menyebutkan, lahan atau sawah yang mengalami kekeringan berada pada lokasi-lokasi sawah tadah hujan karena sumber irigasi atau pengairan untuk sawah tersebut tidak ada.

Selain itu, dari jumlah sekitar 9 ribu hektare yang terkena kekeringan tersebut sampai saat ini belum bisa dipastikan potensinya terhadap gagal panen atau puso.

"Memang awal tanamnya juga mengandalkan air hujan, bukan pada lahan-lahan irigasi teknis. Kekeringannya masih dalam kategori ringan, sedang dan berat. Belum terjadi puso," ujar dia.

Ia berhadap dengan kondisi saat ini para petani bisa memajukan pola tanam, khususnya di beberapa lokasi yang sumber airnya masih ada dan masih terjadi hujan.

Namun demikian, ia mengakui dalam praktiknya di tingkat petani tergantung dalam proses pengolahan tanah untuk bisa mempercepat pola tanam tersebut.

Sementara itu Kepala Dinas Permukiman dan Perumahan Rakyat (Perkim) Provinsi Banten, HM Yanuar mengatakan, meskipun di sejumlah daerah di Banten yang mengalami kekeringan dan warga kesulitan mendapatkan air bersih, pihaknya belum menerima permintaan dari masyarakat terkait kebutuhan air bersih untuk daerah yang mengalami kekeringan di Banten.

"Kemarin saya dengar di Pandeglang ada warga yang kesulitan air bersih, tapi belum ada permintaan ke kami. Mungkin masih bisa ditangani oleh pemda setempat," tambahnya.

Ia mengemukakan, jika ada permintaan bantuan air bersih untuk kebutuhan warga yang mengalami kekeringan di daerah tertentu yang disampaikan oleh pemerintah daerah setempat, pihaknya siap untuk membantu menyalurkan air bersih dan berkoordinasi dengan badan penanggulangan bencana daerah (BPBD) serta dinas terkait.

"Kalau sudah ada permintaan kita  siap  bantu air bersih," kata Yanuar.


Baca juga: BPPT siapkan TMC untuk menanggulangi kekeringan di sejumlah daerah
Baca juga: Pakar : Produksi beras tahun 2019 diperkirakan turun akibat kekeringan



Penyaluran bergiliran

Di Kabupaten Lebak, yang merupakan salah satu daerah terdampak kekeringan di Banten, para petaninya menyiasati ketersediaan pasokan air dengan cara menyalurkannya secara bergiliran agar areal pertanian tetap mendapat pengairan yang cukup.

"Sistem bergiliran itu, karena debit air irigasi menyusut sehubungan kemarau," kata Kepala Bidang Irigasi Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Kabupaten Lebak, Dade Yan Apriyandi.

Selama ini, pasokan air untuk kebutuhan petani masih terlayani dari bendungan penampung air, namun debitnya menyusut.

Para petani sudah biasa melakukan penyaluran pasokan air bergiliran pada suatu jaringan irigasi jika musim kemarau. Sistem bergiliran tersebut guna menghindari gagal panen akibat kemarau panjang.

"Kami menginstruksikan seluruh petani yang teraliri jaringan irigasi agar bergiliran," katanya menjelaskan.

Menurut Dade, pihaknya menjamin persediaan air di jaringan irigasi masih terlayani, meski debitnya menurun.

Berdasarkan pantauan sejumlah Bendungan penampungan air di wilayah Lebak bagian utara, Lebak bagian tengah hingga Lebak bagian selatan masih teraliri areal persawahan.

Dengan kondisi tersebut, kata dia, para petani mengubah penyaluran air dengan sistem bergiliran agar semua areal pertanian padi bisa teraliri jaringan irigasi.

Misalnya, kata dia, jaringan irigasi itu yang biasanya sepanjang dua kilometer, namun harus dibagi agar petani bisa menikmati pasokan air.

Pembagian bergiliran itu untuk hari ini petani sepanjang satu kilometer bisa teraliri pasokan air dan esok harinya petani lainnya sepanjang satu kilometer lagi.

"Dengan pola bergiliran itu jika musim kemarau tidak menimbulkan gagal panen," katanya menjelaskan.

Sejumlah petani daerah irigasi Cipanas Kabupaten Lebak mengaku bahwa petani di daerah itu sudah biasa menerapkan pola bergiliran jika musim kemarau guna menyelamatkan tanaman dari kekeringan.

"Kita memastikan tanaman padi bisa dipanen pada awal Agustus mendatang melalui pembagian giliran untuk menggunakan pasokan air irigasi," kata Ahmad, seorang petani Desa Lurah Kecamatan Cipanas, Kabupaten Lebak.

Pemerintah Kabupaten Lebak, juga mengoptimalkan pompanisasi untuk mengatasi kekeringan sehingga tanaman padi bisa diselamatkan untuk menghasilkan produksi pangan masyarakat di daerah itu.

"Semua lokasi yang mengalami kekeringan disebar bantuan pompanisasi itu," kata Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Kabupaten Lebak Dede Supriatna.

Penyaluran bantuan pompanisasi itu guna mengamankan produksi pangan agar tidak menimbulkan puso atau gagal panen.

Di Kabupaten Lebak, tanaman padi yang mengalami kekeringan antara usia tanam 15-30 hari setelah tanam.

Berdasarkan laporan areal persawahan di Kabupaten Lebak yang mengalami kekeringan tercatat 1.243 hektare tersebar di Kecamatan Wanasalam, Malingping, Maja dan Cihara.

"Kekeringan itu akibat kemarau yang menyebabkan debit air saluran irigiasi menyusut," katanya menjelaskan.

Menurut dia, pengoptimalan pompanisasi itu dilakukan terhadap petani yang memiliki daerah aliran sungai (DAS), di antaranya Sungai Ciujung, Ciberang, Cisimeut, Cilangkahan, dan Cimadur.

Air permukaan tersebut bisa dimanfaatkan untuk pengairan lahan persawahan guna penyelamatan tanam padi yang terjadi kekeringan.

"Kami mengoptimalkan bantuan pompanisasi pada petani hingga jumlahnya mencapai ratusan unit agar menyedot air dari daerah aliran sungai atau embun," ujarnya.

Pepen (50), seorang petani Kecamatan Maja, Kabupaten Lebak, mengaku, sawah miliknya seluas satu hektare yang diperkirakan akhir Juli 2019 panen kini terbantu dengan adanya bantuan pompanisasi.

"Kami setiap musim kemarau panjang bisa melaksanakan percepatan tanam serentak karena dilakukan pompanisasi itu," katanya.

Saat ini, tanaman padi berusia 95 hari setelah tanam mulai menguning karena mendapat pasokan air sungai yang disedot oleh pompa air tersebut.


Baca juga: Debit Sungai di Lebak menurun drastis
Baca juga: Kemensos siap salurkan beras atasi kekeringan


 

Pewarta: Sambas
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019