"Toleransi tidak bisa hanya sekadar dihapalkan, tapi untuk dirasakan dan dilakukan," ujar Sri dalam sambutannya pada acara tersebut di Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak, Jakarta, Senin.
Sri menyampaikan bahwa toleransi dapat terbangun melalui perasaan dan pengalaman hidup dalam lingkungan yang penuh perbedaan.
Sebagai mahluk sosial, kata dia, manusia harus membangun hubungan sosial dengan sesama, tanpa membeda-bedakan gender, suku, agama dan daerah asal, termasuk keterbatasan secara fisik.
"Perbedaan merupakan hal yang indah dan merupakan keniscayaan,' ujar Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu.
Baca juga: Rektor Untar: Pendidikan kebhinekaan ditanamkan melalui mata kuliah
Kegiatan Sri Mulyani dengan peserta program SBBK berlangsung dalam suasana santai dan penuh keceriaan.
Beberapa kali Sri nampak berdialog dengan sejumlah peserta yang umumnya masih berusia belia tentang makna toleransi dan kebhinekaan.
Program SBBK digagas oleh Kementerian Keuangan bekerja sama dengan Yayasan Sabang Merauke dalam rangka mempromosikan nilai toleransi, pendidikan, nasionalisme dan kebhinekaan.
Program SBKK berlangsung pada 7 Juli hingga 15 Juli 2019 dengan melibatkan 15 pelajar setingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dari berbagai wilayah di Indonesia yang diterbangkan ke Jakarta setelah melalui sejumlah tahap seleksi dan terpilih sebagai Adik Bineka (sebutan bagi siswa terpilih dalam program SBKK).
Baca juga: Menkumham ajak mahasiswa rawat kebhinnekaan
Selama mengikuti program, Adik Bineka didampingi oleh Kakak Bineka yang berasal dari mahasiswa Politeknik Keuangan Negara (PKN) STAN dan menginap di rumah pejabat Kementerian Keuangan, dosen PKN STAN dan widyaiswara BPPK yang berperan sebagai Keluarga Bineka.
Melalui program ini, Kementerian Keuangan juga mengenalkan proses bisnis mengenai pengelolaan keuangan negara dengan kelas pembelajaran seputar Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), pajak, dan pembiayaan.
Sejumlah agenda program SBKK yang diselenggarakan antara lain kunjungan ke tempat-tempat ibadah, kunjungan ke Monumen Nasional untuk lebih mengenal pahlawan, kunjungan ke Lapangan Banteng untuk mengenal sejarah, dan kelas berpikir kritis.
Pewarta: Fathur Rohman
Editor: Edy Supriyadi
Copyright © ANTARA 2019