Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) menargetkan sekitar 75 persen kebun sawit rakyat terdaftar di Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) atau Standar Sawit Berkelanjutan Indonesia pada 2025.Jika petani sudah tangguh, maka negara ini juga akan semakin kuat
"Dari sekitar 14 juta hektare kebun kelapa sawit di Indonesia, 45 persen adalah kebun milik petani. Kebun terluas ada di Riau, mencapai 2,2 juta hektar," kata Ketua Apkasindo Gulat Medali Emas Manurung di Jakarta, Selasa saat pengukuhan Pengurus Harian Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Apkasindo periode 2019-2024 oleh Kepala Kantor Staf Kepresidenan Moeldoko di gedung Manggala Wanabhakti Kementerian Kehutanan.
Selain mengupayakan sertifikasi ISPO kebun sawit rakyat, menurut Gulat, pekerjaan besar lain yang harus dilakukan yakni mengajak pemerintah dan stakeholder terkait untuk duduk bersama, mencari solusi yang paling pas untuk mengeluarkan lahan para petani dari kawasan hutan.
"Kalau urusan kawasan hutan beres, berarti 75 persen persoalan perkebunan rakyat kelar," katanya.
Kemudian, tambahnya, pihaknya akan menata para petani kelapa sawit agar muncul sebagai petani yang punya kelembagaan, menyodorkan konsep tata niaga tandan buah segar (TBS) kepada 22 gubernur se-Indonesia, hingga menata lahan-lahan petani kelapa sawit berbasis online yang terkoneksi dengan kartu tanda anggota (KTA).
Biarpun hanya petani kelapa sawit, kata mantan Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Apkasindo Provinsi Riau ini, petani juga mesti melek teknologi, khususnya berbasis aplikasi.
"Kami juga mesti meng-upgrade diri oleh munculnya revolusi industri 4.0. Lewat teknologi itu, petani tidak akan repot lagi menyuguhkan data dan lokasi lahannya," katanya.
Ketua Dewan Pembina Apkasindo Moeldoko mengingatkan masih banyaknya tantangan yang dihadapi perkebunan dan industri kelapa sawit di Tanah Air secara internal maupun eksternal.
Tantangan internal, menurut dia, antara lain legalitas lahan, produktivitas tanaman, sarana dan prasarana, dan harga tandan buah segar yang belum stabil.
Sedangkan tantangan eksternal seperti kampanye negatif dari negara-negara importir terhadap produk minyak sawit, harga CPO dunia yang cenderung turun, hambatan dari negara-negara tujuan ekspor serta persaingan dengan produsen lainnya.
Oleh karena itu, pihaknya berpesan agar Apkasindo tidak hanya menjadi menjadi organisasi biasa yang diisi oleh petani biasa.
"Tapi jadilah organisasi modern dan petani-petani tangguh. Sebab jika petani sudah tangguh, maka negara ini juga akan semakin kuat," katanya.
Pada acara ini juga dilaksanakan Nota Kerjasama DPP Apkasindo dengan PT RPN (Riset Perkebunan Nusantara) yang membawahi enam lembaga riset perkebunan serta Pupuk Kaltim dan IPB Bogor.
Baca juga: Asosiasi petani beberkan penyebab harga TBS sawit anjlok
Baca juga: Harga TBS anjlok, Apkasindo minta pemerintah perhatikan petani sawit
Baca juga: Uni Eropa apresiasi standar sawit berkelanjutan Indonesia
Pewarta: Subagyo
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2019