"Kemungkinan bisa, meski tantangannya besar," kata Agus Machfud Fauzi kepada ANTARA di Surabaya, Rabu.
Baca juga: Cawali Surabaya independen bisa terwujud jika para tokohnya bersatu
Menurut dia, tantangan Sholeh maju sebagai Cawali Surabaya pada Pilkada 2020 tidak hanya mengumpulkan kartu tanda penduduk (KTP), tanda tangan bermaterai sebagai syarat maju, melainkan juga optimisme dari personelnya.
"Dia punya, tetapi kepercayaan publik belum ada indikasi. Dia belum bisa menampilkan modal sosial sebagai bakal calon yang mempunyai kapasitas," kata Ketua Pusat Studi Perubahan Sosial dan Media Baru atau Chiep Editor The Journal of Society & Media ini.
Baca juga: Memasangkan tokoh NU-Muhammadiyah di Pilkada Surabaya 2020 tidak mudah
Untuk itu, lanjut dia, calon independen perlu mempunyai prestasi untuk warga dan Kota Surabaya tanpa tendensi. "Jangan sampai prestasi tersebut dipersepsikan karena mau nyalon wali kota," ujarnya.
M. Sholeh yang berprofesi sebagai pengacara sebelumnya telah mendeklarasikan diri sebagai Bakal Calon Wali Kota Surabaya jalur independen di salah satu kafe di Surabaya, Kamis (4/7). Sholeh menargetkan 135 ribu kartu tanda penduduk sebagai salah satu persyaratan pencalonan cawali independen di Pilkada Surabaya 2020 terpenuhi dalam waktu empat bulan.
Menurut Sholeh, pihaknya sudah punya sejumlah perangkat yang nanti akan memperlancar proses pengumpulan KTP. Perangkat tersebut di antaranya para pendukung yang terdiri dari advokat, guru honorer, seniman, budayawan, lembaga swadaya masyarakat, pegiat sosial, dan warga Surabaya.
"Nanti ada teman-teman yang dulu saya bantu akan membantu proses pengumpulan KTP," kata Sholeh.
Selain itu, lanjut dia, dalam pengumpulan KTP, pihaknya akan membuka posko di sejumlah tempat umum. Melalui posko tersebut, ia akan mengajak warga Surabaya memberikan dukungan terhadap dirinya yang maju sebagai Cawali Surabaya independen.
Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2019