Pengiriman perwira Indonesia ke Jepang, maupun sebaliknya, dikatakan Ishii akan meningkatkan pemahaman mengenai keselamatan dan kebebasan navigasi, aturan hukum, serta Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS) yang sama-sama dijunjung kedua negara.
“Untuk melakukannya cara terbaik adalah dengan mengirim mereka (perwira Indonesia) untuk belajar di Jepang selama beberapa tahun, di sana mereka akan berteman dan mempelajari berbagai hal taktis yang bisa dimanfaatkan dan dibagikan kepada rekan-rekannya saat kembali ke Indonesia,” kata Dubes Ishii di sela-sela Resepsi Japan Self-Defense Forces Day di Jakarta, Kamis malam.
Mulai tahun ini Jepang kembali menerima perwira TNI untuk menjalani studi di Negeri Sakura tersebut, setelah program pengiriman perwira Indonesia ke Jepang sempat terhenti pada 2016 karena kebijakan Indonesia.
Tahun ini sebanyak tiga kadet TNI masing-masing dari AD, AU, dan AL mengikuti program pertukaran selama lima tahun di Akademi Pertahanan Nasional Jepang.
Selain itu, Jepang juga menerima dua mayor TNI masing-masing dari AU dan AL yang akan mengikuti kursus selama satu tahun di sekolah staf dan komando AU dan AL Jepang.
“Harapan kami melalui program ini para perwira Indonesia bisa menguasai bahasa Jepang, agar bisa menjadi penghubung Indonesia di Tokyo sehingga pertukaran informasi antara kedua negara menjadi lebih lancar,” kata Atase Pertahanan Kedubes Jepang Takahiro Yamashita.
Selain melalui pendidikan, kerja sama pertahanan Jepang dan Indonesia juga dilakukan melalui latihan bersama pasukan serta kunjungan kapal-kapal perang kedua negara.
Kerja sama seperti ini perlu dilanjutkan, kata Yamashita, karena Indonesia serta seluruh negara di Asia Tenggara sangat penting bagi Jepang.
“Hubungan antara kawasan Asia Tenggara dan Jepang sangat penting bukan hanya dari segi ekonomi tetapi juga politik dan pertahanan, karena kita adalah mitra strategis untuk satu sama lain,” ujar Yamashita.
Eratnya hubungan Jepang dan Indonesia juga ditunjukkan dengan pengiriman tim Pasukan Bela Diri Jepang (Japan Disaster Relief), serta sebuah pesawat Hercules C-130 untuk membantu korban gempa bumi dan tsunami di Sulawesi Tengah, akhir September 2018.
Dubes Ishii menuturkan bahwa selama 24 hari bertugas di Indonesia, pesawat Jepang tersebut melakukan 21 penerbangan guna mendistribusikan 200 ton bantuan logistik dan mengevakuasi 400 korban.
Dubes Ishii berharap kerja sama antara kedua negara, termasuk di bidang pertahanan, akan semakin erat setelah Jepang secara resmi memulai era kekaisaran baru Reiwa, dengan naiknya kaisar baru, Naruhito pada Mei 2019---dan Indonesia juga telah memilih kembali Joko Widodo sebagai presiden untuk periode 2019-2024 melalui pemilu pada April lalu.
“Pada era baru ini saya yakin Jepang dan Indonesia akan menjadi sahabat yang semakin dekat,” tutur Dubes Ishii.
Baca juga: Dubes: Program JET untuk perkuat komunitas lokal
Baca juga: Jepang hibah 86,84 juta Yen untuk sembilan proyek di Indonesia
Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Aris Budiman
Copyright © ANTARA 2019