Christo, demikian sapaan akrab petenis berusia 29 tahun itu, pernah berjaya di nomor ganda saat merintis karier dan menjuarai turnamen Grand Slam Australia Open 2008 di level junior berpasangan dengan petenis Finlandia Henri Kontinen, sebelum kemudian menjadi runner-up US Open pada tahun yang sama.
Ketika Christo promosi ke level pro, ia menempuh jalur tunggal, sesuatu yang cuma mengantarkannya kandas di babak pertama kualifikasi Australia Open 2013 dan kerap membuatnya merenungkan pilihan-pilihan kariernya selama hampir 12 tahun terakhir.
"Setiap hari kadang saya masih berpikir apa worth it ya?" katanya saat menyambangi redaksi Antara di Jakarta, Jumat.
Kegagalan menembus babak utama Australia Open 2013, membuatnya berkontemplasi sembari masih mencoba peruntungan di nomor tunggal hingga 2016.
Sampai akhirnya, Christo tiba pada keputusan untuk mencoba jalur lain mewujudkan mimpinya tampil di Grand Slam.
"Setelah sampai 2016 sudah mencoba di nomor tunggal, saya berpikir sepertinya harus mencoba yang lain untuk mencapai mimpi itu," katanya.
"Saya coba beralih ke profesi ganda putra dan dua tahun belakangan ini prestasi saya jauh lebih bagus dibandingkan di tunggal ya," ujar Christo menambahkan.
Pada tahun 2018, Christo untuk pertama kalinya berhasil menembus peringkat 100 besar ranking ATP seusai menjuarai Busan Open, turnamen yang dimenanginya lagi setahun berselang dan jadi pijakan penting menuju mimpinya terwujud.
Sayangnya, peringkat ke-96 ranking ATP belum cukup untuk mengantarkannya tampil di Australia Open 2019 pada Januari lalu.
Christo bersama pasangannya petenis Taiwan Hsieh Cheng-peng kemudian mendulang poin lebih banyak dengan mencapai final turnamen level ATP 250, Sofia Open 2019, sembari menjuarai beberapa turnamen level ATP Challenger demi menembus peringkat 70-an ranking ATP.
"Nah di situlah ada chance untuk masuk ke French Open kemarin, di mana saya bisa menang di putaran pertama dan akhirnya bisa main lagi di Wimbledon," ujar Christo.
Christo yang sudah "pulang" ke turnamen Grand Slam, tentu berharap ia akan berdiam lama di sana, termasuk kembali melantai ketika US Open 2019 digelar pada Agustus mendatang dan tahun-tahun berikutnya.
Ia mengaku berencana bertahan di nomor ganda setidaknya hingga 5-6 tahun mendatang, dan meraup prestasi apapun yang bisa diraih demi namanya pribadi dan tentunya untuk kebesaran tenis Indonesia.
Baca juga: Tiga fakta Christopher Rungkat, musik hingga minuman favorit
Baca juga: Christo petik jerih payah 12 tahun wujudkan mimpi tampil di Grand Slam
Baca juga: Trik Christopher Rungkat hadapi komentar warganet selepas tanding
Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2019