Azmi, operator bagian "back office" pada layanan Jakarta Siaga 112, saat ditemui di kantornya, Jakarta, Jumat, mengatakan ia selalu menyiapkan kaca agar dapat mengetahui raut wajahnya saat menerima telepon aduan.
"Kaca jadi alat untuk mengontrol agar kita tetap berkomunikasi dengan smiling voice dengan pelapor," kata Azmi.
Baca juga: Jakarta Siaga 112 tangani laporan dalam waktu 30 detik
Baca juga: Layanan Jakarta siaga 112 alami gangguan Jumat
"Smiling Voice" merupakan standar berbincang via telepon yang digunakan sebagian besar operator dalam menerima aduan.
Standar berbicara "smiling voice" ditunjukkan dari nada suara yang rendah dan halus, serta pilihan kata yang sopan sehingga seolah-olah operator sedang berbicara dengan raut tersenyum.
Menurut Kepala UPT Pusat Data dan Informasi Kebencanaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, M Ridwan, sikap dan nada bicara tenang penting dikuasai operator agar dapat bekerja optimal.
"Terkadang penelpon itu menghubungi 112 dengan situasi panik, marah, kita tidak boleh terpengaruh. Makanya, ada kaca untuk mengontrol reaksi kita saat itu," terang M Ridwan.
Jakarta Siaga 112 merupakan layanan kontak darurat terintegrasi yang menghubungkan berbagai perangkat kerja seperti kepolisian, pemadam kebakaran, dan kantor dinas di wilayah DKI Jakarta.
Laporan darurat yang dilayani Jakarta Siaga 112 di antaranya meliputi aduan kebencanaan, kebakaran, konflik sosial, kekerasan, gangguan medis, dan ancaman bunuh diri.
Bahkan, menurut M Ridwan, ada operator dan perawat yang turut siaga apabila ada pelapor yang membutuhkan pertolongan medis.
"Sembari menunggu datangnya petugas ke lokasi, bidan dan perawat kami dapat memberi panduan pertolongan pertama via telepon," kata Ridwan.
Baca juga: BPBD antisipasi kekeringan di beberapa wilayah Jakarta
Baca juga: BPBD DKI: potensi kebakaran saat kemarau tinggi
Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2019