• Beranda
  • Berita
  • ISMI kembangkan gula aren dari kelapa sawit di Aceh

ISMI kembangkan gula aren dari kelapa sawit di Aceh

14 Juli 2019 12:05 WIB
ISMI kembangkan gula aren dari kelapa sawit di Aceh
Gula Aren yang berasal dari air nira pohon kelapa sawit yang merupakan produk inovasi Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Provinsi Aceh, Minggu (14/7/2019). (ANTARA/Istimewa)

Kami tertarik dengan program replanting terutama terhadap inovasi yang dilakukan Distanbun Provinsi Aceh yang telah melakukan produksi dan pengembangan gula merah dari nira kelapa sawit

Ikatan Saudagar Muslim Indonesia (ISMI) Wilayah Aceh mulai mengembangkan gula aren yang diolah dari air nira yang berasal dari tanaman kelapa sawit.

"Kami tertarik dengan program replanting terutama terhadap inovasi yang dilakukan Distanbun Provinsi Aceh yang telah melakukan produksi dan pengembangan gula merah dari nira kelapa sawit," kata Ketua ISMI Provinsi Aceh, Nurchalis, SP MSi di Meulaboh, Minggu.

Berdasarkan informasi yang ia peroleh, potensi ekonomi gula aren dari tanaman kelapa sawit, perbandingannya yakni satu batang pohon kelapa sawit bisa menghasilkan 3-20 liter nira per hari per batang, dan bisa berlangsung selama selama 1-3 bulan.

Baca juga: Sulut ekspor gula aren ke Amerika

Banyaknya nira dan lamanya keluar air nira tergantung dari sehat tidaknya pohon tersebut ketika tumbuh, lokasi sumber air, umur tanaman dan berbagai indikator lainnya.

Bila kita ambil rata-rata per hari 5 liter selama 2 bulan, maka akan menghasilkan nira sebanyak 300 liter. Dari 300 liter bisa menghasilkan gula sebanyak 60 kg (rendemen sekitar 20 persen) dikali Rp10.000 saja per kilogram, maka bisa menghasilkan Rp60 juta per hektare per 2 bulan.

Inovasi gula aren dikembangkan oleh Kadistanbun Aceh, A Hanan SP MM dan Kabid Pengolahan dan Pemasaran Perkebunan Distanbun Aceh, Azanuddin Kurnia MP.

ISMI Aceh tertarik melakukan pengembangan oleh perkumpulan saudagar muslim Aceh dengan cara melakukan pelatihan pembuatan gula sawit di Kabupaten Nagan Raya dan di Kampus Pertanian Unsyiah yang bekerja sama dengan Ikatan Alumni Unsyiah Banda Aceh dan Bidang Pengolahan dan Pemasaran Perkebunan Distanbun Aceh.

"Kami ingin membantu Distanbun Aceh dan mendukung kebijakan Plt Gubernur Aceh yang mengamanatkan untuk mempergunakan serta memanfaatkan potensi lokal. Kami menganggap gula sawit ini adalah potensi lokal yang layak untuk dikembangkan," kata Nurchalis.

Untuk itu, pihaknya kami mencoba memperbanyak pelatihan dan membuka peluang pasar yang lebih luas hingga ke tingkat nasional dan luar negeri.

Sementara itu, Azanuddin Kurnia MP mengatakan saat ini pihaknya fokus untuk menyukseskan kegiatan peremajaan sawit rakyat dengan melakukan berbagai inovasi dalam pelaksanaan kegiatan.

Baca juga: Warga Siak kembangkan gula merah dari sawit

Pihaknya ingin memberikan nilai tambah bagi petani dan pihak terkait seperti pemanfaatan limbah batang sawit menjadi gula aren, peningkatan SDM petani melalui pelatihan pembuatan gula sawit, integrasi dengan program padi, jagung, kedelai (Pajale), rintisan ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil/Pembangunan Sawit Berkelanjutan), dan masih banyak lainnya.

"Ini adalah alternatif ekonomi baru terutama bagi petani sawit yang akan melakukan replanting atau peremajaan sawitnya. Dengan diolah menjadi gula, bisa mendapatkan penghasilan tambahan yang bermanfaat bagi ekonomi keluarga ketika batang sawit tersebut belum menghasilkan," kata Azan.

Pihaknya bersama tim pembuat gula akan terus berupaya mengembangkan potensi ini dan mengajak petani dan ISMI Aceh, untuk ikut mempromosikan dan terjun ke bisnis gula dari tanaman kelapa sawit.

Baca juga: Produksi gula aren jadi unggulan warga Lebak

 

Pewarta: Teuku Dedi Iskandar
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2019