Malaysia akan mengajukan keluhan ke Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO) sebelum November, untuk melawan langkah Uni Eropa menghentikan penggunaan minyak kelapa sawit sebagai bahan bakar transportasi di blok tersebut.
“Terkait WTO, ya kami terus mengupayakan. Bahkan, berkas-berkasnya sudah berada di kantor jaksa agung sekarang. Mereka membantu kita mencari ahli yang dapat memperdebatkan kasus ini di WTO,” kata Menteri Industri Utama Malaysia Teresa Kok kepada media usai sebuah acara perindustrian, Senin.
Dia juga mengatakan, secara strategis, akan baik bagi Malaysia untuk mengajukan keluhan bersama dengan Indonesia.
Sebelumnya, Komisi Eropa telah memutuskan untuk menghentikan penggunaan bahan bakar transportasi berbasis kelapa sawit dari energi terbarukan setelah menyimpulkan pembudidayaannya berujung pada deforestasi berlebihan.
Langkah tersebut membuat Malaysia melayangkan ancaman pada Uni Eropa, sementara Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad mengatakan Uni Eropa berisiko membuka perang dagang dengan Malaysia karena kebijakan yang “sangat tidak adil” dengan tujuan mengurangi penggunaan minyak kelapa sawit.
Malaysia merupakan produsen dan pemasok minyak kelapa sawit terbesar ke-dua di dunia setelah Indonesia. Oleh karena itu, negara tersebut bergantung pada hasil panen untuk miliaran dolar dalam pendapatan devisa dan ratusan ribu pekerjaan.
Namun, budidaya minyak kelapa sawit dianggap sebagai penyebab deforestasi yang luas, kepunahan keanekaragaman hayati dan perubahan iklim oleh kelompok-kelompok lingkungan.
Sumber: Reuters
Baca juga: Dubes: Norwegia tidak tolak minyak sawit Indonesia
Baca juga: Kementan akan terus negosiasi UE hadapi sentimen negatif sawit
Baca juga: Isu kelapa sawit dibahas di Swiss
Pewarta: Aria Cindyara
Editor: Gusti Nur Cahya Aryani
Copyright © ANTARA 2019