Sekertaris BPBD Cianjur, Sugeng Supriyatno di Cianjur Rabu, mengatakan akibat kekeringan tersebut sebanyak 14.399 jiwa membutuhkan pasokan air bersih untuk dikonsumsi atau untuk keperluan sehari-hari.
Kemungkinan daerah yang terdampak bencana akan terus bertambah karena dalam waktu dekat akan terjadi puncak dari musim kemarau berdasarkan perkiraan BMKG yang telah diterima.
"Puluhan desa tersebut tidak hanya membutuhkan pasokan air bersih, tapi memerlukan sumur bor, bak penampungan air, selang, toren dan pompa air, sebagai solusi dari kesulitan tersebut," katanya.
Saat ini tutur dia, baru sebagian wilayah yang sudah mendapatkan bantuan seperti mesin pompa air, selang dan toren, sedangkan untuk bantuan lainnya akan segera menyusul setelah melakukan rapat dengan OPD terkait.
Pihaknya juga mencatat seluas 3.853 hektare lahan perkebunan di sejumlah wilayah di Cianjur, terkena dampak dari bencana kekeringan, sedangkan lahan yang paling banyak terdampak di Kecamatan Agrabinta seluas 1.595 hektare.
"Dari seluas 3.853 hektare lahan yang terdampak tersebut paling banyak terjadi di Cianjur selatan, setidaknya ada sekitar seratusan hektare lahan di setiap kecamatan. Untuk Cianjur utara baru terjadi di Cikalongkulon seluas 705 hektare," katanya.
Sugeng menambahkan, sementara ini untuk wilayah lainnya seperti Cianjur kota, Cianjur timur, pihaknya belum menerima laporan adanya dampak kekeringan, namun untuk memastikan, pihaknya memerintahkan jajarannya untuk meninjau ke sejumlah lokasi.
Baca juga: Antisipasi kekeringan, Kementerian PUPR pantau ketersediaan air bersih
Baca juga: BPBD Karawang salurkan ribuan liter air bersih ke daerah kekeringan
Baca juga: Kekeringan melanda tujuh provinsi di Indonesia, sebut BNPB
Pewarta: Ahmad Fikri
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019