"Penting hadirnya partai alternatif, Partai Hijau Indonesia untuk menjadikan politik lingkungan hidup sebagai agenda utama," ucap Direktur Eksekutif WALHI Sulteng, Haris Lapabira, di Palu, Kamis.
Pernyataan Lapabira berlatar diskusi publik pembangunan partai alternatif oleh WALHI Sulawesi Tengah, di Palu.
Ia menguraikan, pertemuan konsultasi nasional lingkungan hidup (KNLH) yang dirangkaikan temu rakyat pada Desember 2017 lalu, WALHI akan ikut mengintervensi politik elektoral.
Namun, sebut dia, hal itu tidak cukup perlu ada partai politik sendiri yang dapat menghimpun dan mengkonsolidasikan aktivis lingkungan. Karena itu, pada 1999, kata dia, sejumlah aktivis lingkungan termasuk WALHI telah membentuk dan mendaftarkan Partai Hijau Indonesia untuk ikut kontestasi politik. Hanya saja konsolidasi di tataran aktivis lingkungan belum masif.
Juga baca: Walhi ingatkan pemerintah dampak lingkungan dari kemudahan investasi
Juga baca: Walhi desak Presiden review perizinan sebelum bangun investasi
Juga baca: Walhi: Pemerintah perlu cabut pasal pengecualian moratorium hutan
"Biaya pemilu yang begitu mahal, membuat Partai Hijau Indonesia gagal untuk ikut dalam kontestasi politik," sebutnya.
Dalam perjalanannya, Partai Hijau Indonesia yang di gagas aktivis lingkungan sebagai partai alternatif kembali dibahas pada 2012 di Bandung. Namun kembali gagal, karena pembangunan partai alternatif ini belum di respon serius oleh banyak pihak termasuk aktivis lingkungan hidup.
Gerakan membangun partai alternatif, Partai Hijau Indonesia, juga berasal dari inisiatif rakyat dalam mengelola kekayaan alamnya, dengan mengedepankan pengetahuan dan kearifan setempat yang ada, namun tidak diakui negara.
Parahnya lagi, berbagai pengetahuan dan kearifan lokal tersebut turut di hancurkan melalui mesin-mesin modernisme. "Hal ini pada gilirannya telah mengancam kelangsungan sumber-sumber kehidupan rakyat, yang mengakibatkan bencana ekologis," ujar dia.
Ia menambahkan, dalam kerangka itu kemudian WALHI kembali mendorong agar kembali membangun kekuatan politik lingkungan hidup.
Pewarta: Muhammad Hajiji
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2019