Volume sampah di Jaktim 100 ton/bulan

18 Juli 2019 20:07 WIB
Volume sampah di Jaktim 100 ton/bulan
Petugas Suku Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Timur menata sampah bekas kemasan air mineral yang sudah dipres, di Bank Sampah Induk, Sudin LH Jaktim, Kamis (18/7/2019) (ANTARA/Zuhdiar Laeis)
Suku Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Timur mencatat volume sampah yang terkumpul dari wilayah tersebut di bank sampah induk rata-rata mencapai 100 ton per bulan.

Kepala Sudin LH Jaktim Budi Mulyanto, di Jakarta, Kamis, mengatakan sampah yang terkumpul didominasi sampah plastik sekitar 50 persen, sisanya sampah lainnya.

Baca juga: Menanti atraksi Pemda menyulap sampah menjadi energi
Baca juga: Polisi di Tanjungpinang belajar kelola sampah plastik
Baca juga: Empat daerah siap dirikan pembangkit listrik tenaga sampah tahun ini


"Kami ada bank sampah induk yang mengumpulkan sampah dari setiap unit di tingkat kecamatan. Di Jaktim ada 10 kecamatan," katanya.

Dari data Sudin LH Jaktim, volume sampah pada tahun ini mengalami kenaikan lumayan signifikan dibandingkan tahun lalu yang maksimal 77 ton per bulan.

Periode 2018, Januari tercatat 0,9 ton, Februari (7 ton), Maret (21 ton), April (26 ton), Mei (48 ton), Juni (28 ton), Juli (51 ton), Agustus (54 ton), September (52 ton), Oktober (77 ton), November (76 ton), dan Desember sebanyak 67 ton.

Total volume sampah yang terkumpul pada tahun lalu sebanyak 512 ton, sementara pada tahun ini sudah terkumpul 594 ton, padahal baru memasuki bulan keenam.

Perinciannya, Januari (99 ton), Februari (103 ton), Maret (104 ton), April (116 ton), Mei (91 ton), dan Juni sebanyak 79 ton.

Sudin LH Jaktim, kata Budi, sudah bekerja sama dengan pabrik pengolah untuk mendaur ulang sampah yang terkumpul dari masyarakat.

Sementara itu, Maria Clarete, pengawas kebersihan Sudin LH Jaktim menjelaskan 10 kecamatan akan mengirimkan sampah secara bergantian ke bank sampah induk.

Ia mengatakan pengiriman sampah sudah terjadwal dari 10 kecamatan, sementara sampah organik dikelola oleh bank sampah yang ada di tingkat unit.

Jadi, kata dia, sampah yang anorganik dikirimkan ke bank sampah induk untuk didaur ulang, sementara sampah organik diolah jadi kompos.

"Sekali kirim bisa sampai tujuh ton. Isinya (sampah) macem-macem, ada plastik, kardus, botol, dan sebagainya," katanya, diamini Dita Purnamasari, rekannya sesama pengawas kebersihan.

Baca juga: Pengamat: Pembangkit listrik tenaga sampah cocok di perkotaan
Baca juga: Musayama, teknologi lokal ubah sampah jadi bahan bakar cair

Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2019