"Negara-negara lain sudah puluhan tahun yang lalu melakukannya (mengelola sampah untuk PLTSa), sementara Jakarta hingga saat ini masih sebatas wacana dan belum bisa merealisasikan," kata Pantas saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Jumat.
Menurut dia, pengelolaan sampah di Indonesia, khususnya di Jakarta, masih sangat primitif dan konvensional.
"Padahal, produksi sampah tiap tahun terus bertambah dan daya tampung tempat pembuangan akhir (TPA) Bantargebang diperkirakan penuh pada 2021," kata Pantas.
Baca juga: Nabung sampah di Kecamatan Koja bisa liburan ke luar negeri
Baca juga: Tempat penampungan sampah liar di Marunda ditutup
Baca juga: DKI Jakarta paling siap untuk proyek PLTSa
Oleh karena itu, lanjut dia, perlu strategi pengelolaan sampah yang tidak lagi secara primitif hanya dengan menimbun lagi, salah satunya dengan diolah menjadi sesuatu yang berguna seperti sumber energi untuk PLTSa.
"Kalau ada yang bilang kendalanya adalah biaya, itu menurut saya keliru. Kendalanya selama ini semangatnya saja yang kurang," kata dia.
Menurut dia, biaya bisa dicari. "Yang terpenting semangatnya ada atau tidak," tegas Pantas.
Mengenai revisi Perda Nomor 3 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Sampah yang diajukan Gubernur Anies Baswedan, Pantas Nainggolan mengaku mendukung langkah tersebut.
"Kebutuhan mendesak masyarakat Jakarta saat ini salah satunya ya pengelolaan sampah, makannya yang terpenting jangan sekadar wacana tetapi aksi nyata," kata Pantas.
Saat ini Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang, Kota Bekasi, sudah mencapai 39 juta ton atau sekitar 80 persen dari kapasitas maksimalnya 49 juta ton.
Sementara itu, rata-rata volume sampah dari DKI Jakarta yang terkirim ke TPST Bantar Gebang pada 2018 sebesar 7.452,60 ton per hari.
Bila dibiarkan, diperkirakan pada 2021 TPST Bantar Gebang tidak lagi mampu menampung sampah dari Provinsi DKI Jakarta.
Sebelumnya, Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral FX Sutijastoto mengatakan DKI Jakarta adalah daerah di Indonesia yang paling siap untuk membangun proyek pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa).
Berdasarkan data yang dihimpun Antara dari Ditjen EBTKE, volume sampah per hari DKI Jakarta adalah 2.200 ton, dan diperkirakan memiliki potensi energi kapasitas 35 megawatt. Sementara, nilai investasi untuk pembangunan PLTSa tersebut adalah sebesar 345,8 juta dolar AS.
Pewarta: Aditya Pradana Putra
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2019