Tidak hanya akan mendorong nilai ekspor, pengolahan sarang burung walet diharap akan berdampak pada pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Kementerian Perdagangan (Kemendag) mendorong pengusaha nasional untuk mengolah sarang burung walet dari barang mentah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi.
"Ekspor banyak dari kemasan barang jadi, tapi masih ada pelaku usaha yang berupa raw material yang diekspor ke Malaysia, Hong Kong, Vietnam dan ujung-ujungnya ke Chinga juga," ujar Plh. Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Veri Anggrijono usai menyaksikan penandatanganan kontrak ekspor sarang burung walet di Jakarta, Jumat.
"Alangkah baiknya ini semua kita atur dengan baik melalui mekanisme yang baik sehingga kita bisa ekspor ke China," lanjut dia.
Salah satu cara untuk meningkatkan nilai jual adalah memperbaiki kemasan. Ke depan, Veri mengatakan ingin mendorong pengusaha untuk memproduksi makanan dan minuman yang terbuat dari sarang burung walet.
Tidak hanya akan mendorong nilai ekspor, pengolahan sarang burung walet diharap akan berdampak pada pemberdayaan Sumber Daya Manusia (SDM).
"Karena produksi ini juga merekrut sumber daya manusia yg bagus. Bayangkan, 21 perusahaan yang sudah eksis ini melakukan kegiatan ekspor, selain meningkatkan devisa negara juga dapat merekrut tenaga kerja," kata Veri.
Salah satu hal yang menjadi tantangan dan kendala dalam ekspor sarang burung walet ke China adalah soal standardisasi.
Untuk masuk ke pasar China, produk sarang burung walet Indonesia harus melalui protokol persyaratan kebersihan, karantina, dan pemeriksaan untuk importasi oleh otoritas China.
Selain itu, diperlukan sertifikasi Certification and Accreditation Administration of the People's Republic of China (CNCA).
"Pak MenteriPerdagangan sedang di China buat lobi agar standar bisa dikurangi atau tenaga peternak kita bisa pelajari sehingga mereka produksi bisa sesuai," ujar Veri.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita saat ini sedang melakukan kunjungan kerja ke Beijing dan Shanghai, China pada 17 hingga 23 Juli 2019.
Kunjungan ini dalam rangka melobi Pemerintah China, khususnya General Administration of Custom China (GACC) untuk lebih membuka dan memudahkan ekspor sarang burung walet indonesia.
Kemendag, hari ini, Jumat, melepas ekspor 10 ton sarang burung walet ke China bernilai kurang lebih Rp500 miliar. Pemerintah China saat ini memberikan kuota ekspor sarang burung walet 150 ton per tahun.
"Karena sayang kalau hanya bahan mentahl saja, rugi, dan nilainya jauh. Bisa bayangkan saja 10 ton sudah kurang lebih Rp500 miliar, bayangkan kalau bisa ekspor 150 ton," ujar Veri.
Republik Rakyat China (RRC) merupakan negara tujuan utama ekspor sarang burung walet Indonesia pada 2018 dengan total ekspor 139,8 juta dolar AS.
Hingga April 2019, ekspor komoditas ini ke China tercatat sebesar 40,18 juta dolar AS dengan volume 21,32 ton, atau naik 6,56 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 20 ton.
Selama lima tahun terakhir (2014 hingga 2018), ekspor komoditas ini menunjukan tren positif, yaitu 30,62 persen.
Baca juga: Kemendag fasilitasi ekspor 10 ton sarang burung walet ke China
Baca juga: NTB diminta tarik investor bangun rumah produksi sarang walet
Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2019